Korban Tewas Banjir Bandang Garut Jadi 23, Hilang 18 Orang

KORBAN JIWA BANJIR BANDANG BERTAMBAH

Metrobatam, Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyampaikan bahwa korban tewas akibat bannjir bandang yang menerjang kota Garut terus bertambah.

“Hingga malam tadi (21 September 2016), korban meninggal berjumlah 23 orang dan 18 lainnya masih dalam pencarian,” kata Willem dalam keterangan pers yang diterima Okezone, Kamis (22/9).

Willem menjelaskan, bahwa pihaknya hingga saat ini masih melakukan kaji cepat dampak kerusakan bencana. Pemetaan juga dilakukan dengan menerbangkan drone dan memanfaatkan citra satelit beresolusi tinggi bersama Lapan, BIG dan BPPT.

“Evaluasi dilakukan untuk dapat mengambil langkah-langkah penanganan secara cepat dan tepat,” lanjut dia. Upaya tanggap darurat di bawah pos komando masih terus dilakukan. Salah satunya pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana, seperti makanan, hunian, dan air bersih.

Bacaan Lainnya

“Pengungsi ditempatkan di aula korem dalam keadaan baik. Ketersediaan makanan, air bersih cukup. Plus bantuan dari masyarakat,” tutupnya.

Sementara itu kondisi pengungsi yang menempati posko-posko pengungsian mulai terserang penyakit. “Anak-anak dan sepuh (orangtua) sudah mulai banyak yang kena demam, dari pagi tadi banyak yang minta obat pereda demam,” kata salah seorang Petugas Posko Cimacan, Deden, saat ditemui di Posko Cimacan, Garut, Kamis (22/9).

Deden mengatakan, banyaknya warga yang terserang penyakit membuat pasokan obat di posko Cimacan saat ini mulai habis. Akibatnya, banyak pengungsi yang tidak mendapatkan jatah obat.

“Semalam sih ada, tapi habis, pagi ini sudah banyak yang minta tapi kami belum dapat kiriman,” tutur Deden.

Selain obat-obatan, peralatan tidur seperti tikar, pakaian, serta makanan ringan sampai saat ini juga sangat dibutuhkan para pengungsi. “Yah kami berharap dapat bantuan pasokan obat dan peralatan tidur, karena kasihan banyak anak kecil dan wanita,” pungkasnya.

Pantauan di lapangan, banyak pengungsi yang tidur di posko Cimacan tanpa alas tidur. Kebanyakan dari mereka tidur hanya beralaskan koran, ada juga yang memakai karpet, namun lebih banyak yang hanya beralaskan lantai.

Banjir yang menerjang Kabupaten Garut, pada Selasa 20 September 2016 malam, menyebabkan 633 rumah terendam dan ada 54 rumah, terbawa hanyut. Warga terpaksa harus menginap di lokasi pengungsian yang berada tak jauh dari lokasi tinggal mereka. (mb/okezone)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *