Korban Tewas Akibat Gempa Pidie Jaya Aceh Bertambah Jadi 92 Orang

Metrobatam, Pidie Jaya – Korban tewas gempa tektonik di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh terus bertambah hingga 92 orang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Okezone dari pihak kepolisian, Rabu (7/12/2016). Korban meninggal dunia mencapai 92 orang, korban luka ringan di kabupaten mencapai 300 orang, dan yang mengalami luka berat mencapai 213 orang.

Sebagaimana diketahui, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, diguncang gempa tektonik. Gempa terjadi sekira pukul 05.03 WIB dengan kekuatan 6,5 SR. Akibat gempa itu, sejumlah bangunan dilaporkan mengalami kerusakan. Warga yang panik pun berhamburan keluar rumah.

Tiga lokasi terparah diakibatkan oleh gempa sekira pukul 05.03 WIB di Pidie Jaya yang berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Merdu, Kecamatan Tringgadeng dan Kecamatan Samalaga 3.

Bacaan Lainnya

Pusat gempa bumi terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT; tepatnya di darat pada jarak 106 kilometer arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 10 km di Kabupaten Pidie Jaya. Gempa terasa hingga Kota Banda Aceh serta Aceh Besar, kemudian juga mencapai Aceh Jaya, Meulaboh, Aceh Barat, dan Kota Sabang.

Kapolda Aceh Irjen Rio S Djambak saat meninjau langsung lokasi gempa di Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rio menyebut ada 2 kota yang paling parah terdampak gempa 6,5 skala Richter (SR) tersebut. “Kondisi yang terparah di Meureudu dan Ulee Glee,” ucap Rio.

Dua lokasi tersebut berada di Kabupaten Pidie Jaya. Rio meninjau lokasi bersama Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Tatang Sulaiman. “Korban tewas di Trienggadeng 23 orang, itu sekarang sudah dibawa ke rumah sakit,” ucap Rio.

Selain itu, Rio juga mengatakan bahwa para korban luka telah dievakuasi ke 3 rumah sakit. Rumah sakit yang beroperasi untuk merawat para korban luka tersebut yaitu RS Pidie, RS Pidie Jaya, dan RS Bireuen.

“Sementara korban luka-luka di Pidie Jaya sudah dievakuasi ke 3 rumah sakit, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen,” kata Rio.

Saat ini, Rio dan Tatang masih berkeliling meninjau sejumlah lokasi. Hingga saat ini BNPB belum merilis jumlah korban terbaru akibat gempa 6,5 SR. Sebelumnya, BNPB mencatat 25 orang tewas dan 26 orang terluka. Proses evakuasi masih dilakukan dengan mengandalkan alat berat.

Sumut Siapkan Peralatan Berat
Tim Basarnas Sumatera Utara (Sumut) yang terdiri atas 14 orang, telah berangkat ke lokasi gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, pagi tadi pada pukul 09.00 WIB.

Kepala Basarnas Sumut, Zainul Thahar mengatakan, untuk membantu evakuasi korban yang mungkin tertimpa reruntuhan bangunan, Tim Basarnas Sumut sudah dibekali peralatan berat.

“Mereka membawa peralatan bantu bongkar bangunan runtuh untuk mengevakuasi korban yang mungkin tertimpa reruntuhan,” jelas Zainul, Rabi (7/12).

Ke-14 orang personel yang datang ke lokasi gempa mengendarai dua mobil rescue dan satu truk yang membawa peralatan berat. “Belum ada instruksi dari Kepala Basarnas. Tapi, protap kita kalau ada bencana langsung melaksanakan operasi,” ujar Zainul.

Dia menambahkan, Tim dari Basarnas Sumut tersebut rencananya akan berada di lokasi bencana gempa selama 1 minggu. Namun jika evakuasi dan bantuan telah selesai diberikan, tim akan kembali ke kantor Basarnas Medan.

Sekadar diketahui, guncang berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, sekira pukul 05.03 WIB. Akibat gempa tersebut, hingga tadi siang sekira pukul 13.00 WIB, tercatat 40 warga tewas.

Polri Turunkan Tim DVI
Polri menerjunkan Tim Disaster Victim Identifikation (DVI) ke Aceh terkait gempa berkekuatan 6,5 SR yang terjadi di wilayah itu. Tim DVI akan melakukan proses identifikasi korban gempa.

“Tim DVI sudah diturunkan, langsung diberangkatkan ke sana, jadi yang pertama berangkat itu kita monitor tadi pagi langsung ke lapangan (bersama) tim relawan setempat,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (7/12).

Ditambahkannya, Tim SAR, Kapolres Pidie dan lainnya juga langsung bergerak sejak pagi tadi untuk mencari dan mengevakuasi korban.

“Mereka door to door, di mana ada gedung runtuh, mereka datangi mereka panggil-panggil sambil bertanya kepada pemilik gedung itu yang selamat, kira-kira di sana siapa saja yang masih terkurung di reruntuhan,” ujarnya.

Pagi tadi, ditambahkan Rikwanto, Tim gabungan bekerja dengan peralatan manual dalam mencari korban maupun sumber suara yang minta pertolongan.

“Di reruntuhan untuk mencari yang teriak-teriak minta tolong. Tapi tadi pagi peralatannya masih manual, apa adanya. Ada palu, gergaji apapun yg ada disitu. Peralatan berat mudah-mudahan siang ini datang,” kata Rikwanto.

Lalu, apa yang dibutuhkan mendesak saat ini di Aceh? “Yang jelas kesehatan, pengobatan, rumah sakit darurat, kemudian makanan, pakaian, perbaikan lingkungan, air bersih untuk MCK, itu yang pertama dulu,” ujarnya.(mb/detik/okezone)

Pos terkait