Ahok: Malu Kerja di Restoran AS, Habib Novel Tulis ‘Fitsa Hats’

Metrobatam, Jakarta – Basuki T Purnama mengungkap sejumlah hal pasca sidangnya berakhir hari ini. Pria yang akrab disapa Ahok ini menyinggung kesaksian Novel Bamukmin.

Novel, Sekjen Ketua Dewan Syuro DPP FPI Jakarta, menjadi saksi bagi Ahok dalam persidangan pagi ini. Dia dihadirkan sebagai saksi terkait posisinya sebagai pelapor. Sebelum sidang dimulai, seorang saksi biasa ditanya mengenai identitasnya. Ahok menyoroti pemeriksaan identitas Novel ini.

“Nama saksinya Habib Novel. Dia kerja dari tahun 92 sampai 95 di Pizza Hut. Tapi mungkin karena dia malu kerja di Pizza Hut karena itu punya Amerika, dia sengaja menuliskan Fitsa Hats,” ujar Ahok.

“Dia sengaja ubah. Ini saya kasih lihat. Saya sampai ketawa. Dia ngakunya nggak perhatikan, padahal dia tanda tangan semua,” sambung Ahok sembari memegang berkas identitas Novel.

Bacaan Lainnya

Hal itu disampaikan Ahok gedung Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jaksel, Rabu (3/1). Menurut Ahok, Novel malu karena di persidangan Novel konsisten menyatakan ‘jangan mau dipimpin yang tidak seiman’.

“Saya kira dia malu karena dia bilang tidak boleh dipimpin oleh orang yang nggak seiman, yang kafir,” kata Ahok.

Menanggapi pernyataan Ahok soal kesaksiannya yang dinilai sebagai saksi palsu, Novel mengaku tak terima. Ahok mengatakan, Novel menuduh dirinya telah membunuh dua anak buah dan merekayasa kasus untuk memenjarakan dia. Hal itu terjadi saat demo FPI di depan Balai Kota pada 2014. Novel pun angkat bicara. Ia mengatakan memang kesaksiannya tersebut sebagai kenyataan.

“Itu kan kenyataan. Boleh langsung bertemu keluarga. Saya tantang, kalau saya memberikan kesaksian palsu, langsung bertemu anak-istri almarhum, (yaitu) bapak almarhum Atin Firmansah yang berusia 55 tahun. Rumahnya di Petamburan, Jakarta. Dan satu lagi almarhum Ramlan Al Idrus yang waktu kejadian umurnya 20 tahun, rumahnya ada di Cikalong Wetan, Bandung,” kata Novel saat dihubungi detikcom, Selasa (3/1) malam.

Menurutnya, aksi tersebut terjadi karena pernyataan Ahok menjelang Hari Raya Idul Adha. Novel menganggap pernyataan Ahok menyerang agama Islam. Aksi demonstrasi itu rencananya digelar di depan Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat bertepatan dengan akan dilantiknya Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo.

Namun akhirnya massa digiring oleh pihak kepolisian ke depan DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Novel menyebut hal ini sebagai rekayasa

“Dikatakan Ahok ayat-ayat suci, no. Ayat-ayat konstitusi, yes. Juga dengan slogan-slogan yang lain, ayat-ayat konstitusi di atas ayat-ayat suci. Ini sudah menyerang agama. Itu pernyataan Ahok. Termasuk yaitu Syiar Idul Adha. Syiar Idul Adha ini, Ahok menyerang. Karena menurut Ahok, Pergub DKI sudah di atas ayat-ayat suci. Pergub DKI 67 tentang kebersihan harus di atas syiar kurban,” kata Novel.

“Saya aksi, saya protes, saya harusnya demo di Balai Kota. Tapi direkayasa. Sehingga yang ada pasukan ada di Balai Kota tapi berlapis-lapis ditaruh di DPRD. Yang memang DPRD saat itu DPRD 60 persen menolak Ahok,” lanjutnya.

Pada awal aksi, Novel mengatakan berjalan tenang. Massa menuntut DPRD untuk segera menolak pengangkatan Ahok. Novel menyebut dilantiknya Ahok oleh Presiden Jokowi adalah hal yang ilegal. Lalu bentrokan terjadi di depan DPRD DKI Jakarta. Novel menyebut kejadian ini bermula dari adanya lemparan yang mengakibatkan tangan seorang massa bocor.

“Saya sudah menyampaikan untuk hati-hati jangan terprovokasi. Saya sudah tahu tentang rencana busuk. Begitu saya turun, menyampaikan. Ternyata mereka, oknum polisi menyambit dari dalam ke luar. Teman saya bocor tangannya. Terjadilah bentrokan,” ucap Novel.
(mb/detik)

Pos terkait