Soal Ancaman ke Megawati, PDIP: Tak Perlu Mediasi karena Rizieq yang Mengancam

Metrobatam, Jakarta – Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Eva Kusuma Sundari memandang tidak perlunya menggelar dialog dengan Rizieq Shihab terkait tudingan tokoh Front Pembela Islam itu terhadap Megawati.

“PDI Perjuangan siap ke pengadilan, tidak perlu mediasi justru Rizieq yang mengancam untuk melaporkan ketua umum kami Megawati ke polisi,” kata Eva Kusuma Sundari kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/1).

Eva menuntut dalam persoalan ini pihak Rizieq yang semestinya meminta maaf. “Dia (Rizieq) yang harus minta maaf karena mengancam ketua umum PDIP,” tegas Eva.

Eva menegaskan pernyataannya itu seperti yang sudah dinyatakan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto bahwa PDIP siap ke pengadilan dan tak perlu mediasi.

Bacaan Lainnya

Hasto sebelumnya menyatakan keseluruhan pidato Megawati dalam HUT PDIP beberapa hari lalu dipersiapkan oleh Megawati melalui perenungan yang mendalam, kontemplasi dengan rasa cinta kepada bangsa dan negara, dan disampaikan dengan lantang untuk bangsa dan negara Indonesia.

“Pidato tersebut juga diucapkan dengan komitmen kuat untuk menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebhinekaan Indonesia,” ujar Hasto dalam pernyataan tertulisnya kepada media.

Hasto menyatakan dalam kapasitas Megawati sebagai Ketua Umum PDIP dan Presiden kelima RI maka sangat wajar Megawati memberikan jawaban atas berbagai persoalan yang muncul saat ini.

“Sekiranya Bapak Rizieq Shihab memang akan berhadapan dengan Ibu Ketua Umum PDIP, maka sebagai Sekjen PDIP saya tegaskan bahwa kami siap berhadapan dengan Pak Rizieq,” Tegas Hasto.

“Lebih-lebih, Pak Rizieq selama ini telah mengobarkan rasa kebencian dan memecah belah bangsa. Seluruh jajaran PDI Perjuangan satu komando untuk membela kehormatan dan martabat Ibu Ketua Umum dan partai,” lanjut Hasto.

Hasto antara lain menambahkan, sekiranya Rizieq ada yang tidak puas, sampaikan melalui jalur hukum dan PDIP akan menyiapkan pembela hukum terbaik. “Bagi kami komitmen terhadap fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa ditawar-tawar.”

Banyak yang Sakit Hati
Putri proklamator kemerdekaan RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri enggan mengomentari ajakan pentolan Front Pembela Islam Rizieq Shihab untuk menyelesaikan sejumlah laporan kasus yang menjeratnya lewat mediasi ataupun secara kekeluargaan.

“Saya no comment. Banyak sekali yang sakit hati,” ujar Sukmawati di Sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Jakarta, Rabu (18/1).

Rizieq telah dilaporkan oleh sejumlah pihak dengan aduan beragam. Salah satunya terkait kasus dugaan penghinaan Pancasila yang dilaporkan Sukmawati.

Di sisi lain, Rizieq menuding Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah menistakan agama Islam saat berpidato dalam perayaan HUT ke-44 PDIP di JCC Senayan, Jakarta, Senin (10/1).

Dalam pidatonya, saudara kandung Sukmawati itu menyoroti kelompok-kelompok antikeberagaman. Dia menyebut pemimpin kelompok semacam ini sebagai pemuncul isu konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

“Tidak hanya itu, mereka benar-benar antikebinekaan kita, itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini,” kata Megawati.

Rizieq menganggap pidato Megawati itu telah menistakan agama dan suku bangsa. Namun dia mengaku belum berniat melaporkan Megawati. Dia mengatakan sampai saat ini masih menahan diri untuk tidak laporkan Megawati agar tak ada kebiasaan saling lapor.

“Janganlah kita mencoba saling lapor. Ini bisa menimbulkan konflik horizontal. Harusnya polisi menjembatani. Kalau ada laporan, harusnya polisi memediasi, saya sampaikan jangan saya disuruh untuk melaporkan Megawati,” Rizieq di Kompleks DPR.

Menanggapi keinginan mediasi, PDIP mengungkapkan bahwa Megawati merasa tak punya masalah dengan Rizieq.

“Apa yang harus dimediasi? Ibu Mega atau PDI Perjuangan tidak punya masalah atau sengketa hukum dengan Pak Rizieq. Kalau secara politik pun tak ada alasannya untuk mediasi,” jelas Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Parera kepada detikcom. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait