Kemensos Koordinasi Pulangkan 52 WNI Terduga ISIS

Metrobatam, Jakarta – Detasemen Khusus 88 Antiteror berkoordinasi dengan Kementerian Sosial untuk memulangkan 52 dari 100 Warga Negara Indonesia (WNI) pasca dideportasi oleh otoritas keamanan Turki karena diduga terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka akan dipulangkan ke daerah asal masing-masing.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, telah berkoordinasi dengan kepala daerah asal para terduga teroris terkait dengan rencana pemulangan tersebut. Ia berharap, para kepala daerah bisa menjemput langsung para terduga teroris di shelter Kemensos di kawasan Bambu Apus, Jakarta.

“Hasil koordinasi dengan Densus 88 adalah kami sangat berharap Bupati dan Wali Kota tempat mereka (terduga teroris) berasal, akan berkenan menjemput,” ujar Khofifah di Kantor Kemensos, Jakarta, Selasa (31/1).

Khofifah mengatakan, pemulangan dengan cara dijemput oleh kepala daerah merupakan langkah mewujudkan kepercayaan bagi warganya yang sempat terlibat jaringan radikal. Selain itu, langkah itu juga akan memudahkan pemulihan sosial para terduga teroris di lingkungan asalnya.

Bacaan Lainnya

“Penjemputan baik bagi proses reintegrasi dan resosialisasi bagi mereka agar mengetahui pimpinannya dan masyarakat lainnya menyambut baik,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan, 52 orang yang diamankan di shelter Kemensos tediri dari 25 orang dewasa dan 27 anak-anak. Mereka, kata dia, telah mendapatkan pemulihan sosial agar tidak trauma dan merasa terasingkan saat kembali ke lingkungannya.

“Yang dilakukan di shelter ini sama seperti saat kami melayani masyarakat lainnya. Misal, anak-anak membutuhkan trauma healing atau trauma konseling,” ujarnya.

Kemesos selama ini memang menampung 52 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Turki karena diduga bergabung dengan ISIS. Para WNI tersebut ditampung di shelter bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan Polri.

Dari 52 orang itu, termasuk atas nama Triyono, yang pernah bekerja di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) namun saat ini sudah mundur dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia diduga akan bergabung dengan ISIS.

Berpendidikan Tinggi
Khofifah menyatakan, hasil identifikasi menunjukkan bahwa para terduga teroris tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang baik. la berkata, ada terduga teroris yang berasai dari universitas dalam negeri ternama dan luar negeri.

“Strata pendidikan mereka (para terduga teroris) ada yang dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Makassar, S1 dua orang dari Universitas Brawijaya, dan ada yang magisternya dari Australia,” ujarnya.

Ia berkata, bergabungnya orang berlatar belakang pendidikan tinggi ke dalam kelompok radikal disebabkan oleh minimnya pemahaman akan nilai-nilai Pancasila. la menyebut, Pancasila harus dipahami secara menyeluruh, bukan hanya pada salah satu sila saja.

”Indonesia sudah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Maka aspek Ketuhanan Yang Maha Esa itu harus juga berintegrasi dengan aspek empat sila yang lain,” ujar Khofifah.

Dihapuskannya mata kuliah Pancasila juga menjadi andil di balik bergabungnya para mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi ke dalam kelompok-kelompok radikal. Menurutnya, mata kuliah Pancasila seharusnya terus menerus dipelajari agar bisa menjadi pertahanan diri atas ideologi menyimpang yang marak berkembang.

“Kalau memang tidak harus secara spesifik ada mata kuliah Pancasila, maka ruh dari nilai Pancasila terintegrasi dengan mata kuliah lain,” ujarnya.(mb/cnn indonesia)

Pos terkait