Menebak Peta Dukungan Pilkada Jakarta Putaran Dua

Metrobatam, Jakarta – Pemilihan Kepala Daerah 2017 DKI Jakarta hampir dipastikan berlanjut ke putaran kedua. Perebutan suara warga ibu kota kembali harus dilakukan dua pasang calon gubernur dan wakil gubernur yang lolos.

Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, diprediksi harus bersaing keras mengambil suara dari peserta Pilkada yang tersingkir lebih awal, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

Perebutan suara dan dukungan harus dilakukan baik terhadap warga atau partai politik pengusung Agus-Sylvi. Selain tentunya mereka harus tetap merawat dan memperbesar cakupan dukungan dari pemegang hak pilih yang belum menggunakan suaranya di putaran pertama.

Selama ini, kedekatan Agus-Sylvi dengan Anies-Sandi memang lebih tampak jelas dibanding hubungan kepada Ahok-Djarot. Dalam debat terbuka yang telah tiga kali diselenggarakan KPU DKI, kerap terlihat pertanyaan-pertanyaan pancingan antar Agus-Sylvi dan Anies-Sandi untuk menyerang calon petahana.

Bacaan Lainnya

Jargon ‘Jakarta butuh pemimpin baru’ juga acap dilontarkan kedua pasangan itu, baik secara verbal atau melalui tim kampanye. Terakhir, kedekatan terlihat kala Agus dan Anies-Sandi hadir dalam satu kesempatan di Aksi Damai 11 Februari yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Kedekatan semakin terlihat pasca legowonya Agus-Sylvi menerima hasil perhitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei, Rabu (15/2).

Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli mengakui, Partai Gerindra selaku pendukung Aneis-Sandi telah lebih dulu memberi tawaran koalisi menjelang putaran kedua Pilkada.

“Kami akan melakukan komunikasi politik dulu. Kalau ingin berkoalisi, kami harus pelajari secara lengkap visi-misi kedua paslon (pasangan calon) ini. Mana yang visi-misinya paling sejalan,” ujar Nachrowi di Wisma Proklamasi 41, Menteng.

Agus memang mengaku telah menghubungi Ahok dan Anies untuk mengucapkan selamat atas hasil Pilkada putaran pertama. Nachrowi juga dapat beralasan hendak melakukan komunikasi sebelum partainya menentukan sikap.

Tetapi yang dilakukan Agus dan Nachrowi nampak tak bisa menutupi kedekatan partai pendukungnya dengan kubu Anies-Sandi. Kedekatan tersebut bahkan sudah dikonfirmasi langsung oleh Anies yang dalam Pilkada ini didukung Gerindra dan PKS.

“Antarpimpinan partai sudah bertemu. Ini tanda baik, positif. Kami pun pada ujungnya bergantung pada pimpinan partai, bukan paslon,” kata Anies di Kantor DPP PKS.

Sebelum kabar pertemuan petinggi parpol pengusung kedua paslon itu terungkap, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, barisan pendukung Ahok-Djarot siap menerima peluang koalisi dengan pendukung Agus-Sylvi.

“Partai yang mengusung Jokowi-JK ini jadi skala prioritas bagi kami untuk berdialog menyiapkan kerja sama. Ada PAN, PKB, dan PPP juga,” ujar Hasto di Kebagusan.

Kunci perebutan dukungan dari parpol pun tergantung tiga aktor di balik para cagub; Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan, Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Gerindra, dan Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Umum Partai Demokrat.

Jika mereka merestui elite-elite partainya di Jakarta saling berkoalisi, maka perubahan komposisi parpol pendukung Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dimungkinkan berubah.

Ketua Presidium Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jojo Rohi menebak, ada kemungkinan dua partai pendukung Agus-Sylvi di Pilkada DKI membelokkan dukungan ke kubu Ahok-Djarot. Partai yang dimaksud adalah PAN dan PKB.

“PKB dan PAN mungkin akan memindahkan dukungannya pada Ahok-Djarot mengingat kedua parpol tersebut saat ini berada dalam barisan status-quo Jokowi,” kata Jojo.

Sementara, warga non-partisan diprediksi akan banyak beralih mendukung Ahok-Djarot karena mengikuti tren pasca pemungutan suara. Jojo berkata, pemilih dapat berperilaku sesuai teori ‘The Bandwagon Effect’ pada putaran kedua Pilkada DKI.

The Bandwagon Effect adalah fenomena psikologis yang menunjukkan kecenderungan orang melakukan sesuatu karena banyak individu melakukan hal sama.

“Bila yang mendapat suara tertinggi Ahok-Djarot, maka publik yang tadinya netral dan para pemilih Agus akan punya kecenderungan ikut memilih arus yang lebih besar, yaitu memilih (calon) yang mendapat suara tertinggi,” katanya.

Peralihan dukungan warga ke Ahok-Djarot bisa terjadi jika tim kampanye mereka berjalan baik. Namun Anies-Sandi juga dapat menarik dukungan jika mampu merawat persamaan terhadap Agus-Sylvi. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait