Hari Buruh, Wanita Swedia Demo untuk Tetap Berhijab di Tempat Kerja

Metrobatam, Jakarta – Jika di Indonesia para buruh melakukan demonstrasi menuntut kebijakan outsourcing dihapus lain dengan negara-negara di bagian barat. Tepat di tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, sejumlah wanita muslim di Eropa turun ke jalan juga demi memperjuangkan hak mereka. Bukan tentang gaji atau kebijakan outsourching melainkan soal penggunaan jilbab mereka.

Ya, mengikuti keputusan European Union Justice Court tentang peraturan baru yang meminta perusahaan swasta melarang karyawan mengenakan simbol agama apa pun termasuk jilbab terus menuai kontroversi di berbagai negara. Masyarakat muslim menganggap ini menjadi sikap diskriminasi terhadap wanita yang berhijab di tempat kerja.

Peraturan sudah mulai diterapkan di berbagai perusahaan Eropa. Bahkan seorang wanita Belgia dan Prancis sampai mengajukan tuntutan hukum karena dipaksa berhenti kerja dengan alasan penggunaan jilbab mereka. Untuk itu, dalam memperingati hari buruh pengunjuk rasa di ibu kota Stockholm dan berbagai kota lain seperti Malmo, Gothenburg, Vasteras, Sala dan Umea, turun ke jalan meneriakkan slogan-slogan mereka seperti ‘Hancurkan Rasisme’, ‘Hijabku Bukan Urusanmu’, atau ‘Pekerjaan adalah Hak Karyawan’.

“Wanita muslim di sini (Gothenburg) biasanya tidak pergi untuk berdemo pada May Day. Namun kali ini mereka yang berasal dari berbagai latar belakang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak sebagai buruh. Saya juga ikut keluar karena merasa ini tanggung jawab bersama,” ujar salah satu perwakilan dari masyarakat yang turun ke jalan, Maimuna Abdullahi, kepada Al Jazeera.

Bacaan Lainnya

Memang tidak hanya wanita muslim, banyak pria yang juga mendampingi para peserta demonstrasi. Mereka ingin membantu menegakkan keadilan agar peraturan baru tersebut dicabut. Seorang marinir, Khaali Mohammed, mengatakan kalau ia ikut demo untuk mendukung para wanita muslim mendapatkan hak mereka kembali.

“Hak saya mengenakan apa pun yang saya inginkan. Saya ingin itu juga berlaku untuk wanita muslim di tempat kerja mereka,” ujarnya.

Pendemo lainnya juga menuturkan kalau tujuan mereka berunjuk rasa ingin membalikkan citra wanita muslim sebagai korban diskriminasi menjadi sosok yang kuat. Mereka pun memanfaatkan media sosial untuk sama-sama berjuang dengan hashtag #Muslimwomenban.

Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh European Network Against Racism (ENAR), diskriminasi di tempat kerja untuk wanita berjilbab meningkat tiga kali lipat karena mereka sekarang dilihat berdasarkan jenis kelamin, etnis, dan agamanya. Bila ini terus terjadi maka akan membatasi karier wanita muslim.

Tidak hanya itu, sebelum adanya peraturan tersebut, rata-rata wanita muslim di Prancis yang mengenakan jilbab menyerahkan setidaknya 100 resume sebelum menerima jawaban dari perusahaan berdasarkan survei ENAR. Studi itu juga menemukan bahwa citra wanita muslim di media semakin memperburuk diskriminasi yang mereka hadapi.

Gambaran wanita berjilbab sering dikaitkan dengan terorisme, kekerasan dalam rumah tangga, serta penindasan. Meski demikian hal itu tidak membuat wanita berhijab cepat menyerah. Beberapa dari mereka tetap berjuang demi haknya.

“Satu-satunya jalan kita adalah melanjutkan perlawanan karena kita tidak akan memilih antara identitas kita untuk tetap religius dan hak kita dalam bekerja,” tandasnya. (mb/detik)

Pos terkait