Menanti Hasil Identifikasi KKP Soal Hewan Raksasa di Laut Maluku

Metrobatam, Jakarta – Dalam kondisi gelap, salah seorang warga bernama Asrul melihat sesuatu mengambang di Laut Maluku. Ia menyangka benda tersebut adalah kapal yang akan bersandar di Pantai Hulung, Desa Lha, Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).

Asrul tidak menaruh curiga dan langsung pergi. Namun, pada pagi pukul 09.00 WIT, dia kembali ke lokasi untuk memastikan benda yang dia jumpai semalam.

Dia terkejut karena benda yang dilihatnya bukanlah kapal. Telihat kulit mengambang diatas air dengan bau busuk menyengat. Asrul langsung menghubungi Warga dan Babinsa (Bintara Pembina Desa) Desa Lha.

“Diduga cumi-cumi raksasa dan ditafsirkan berukuran 15 meter dengan berat kurang-lebih 35 ton,” kata Dandim 1502/Masohi Letkol Inf Achmad Fikri Dalimunthe, kepada detikcom, Rabu (10/5).

Bacaan Lainnya

Masyarakat menganggap hewan itu adalah cumi-cumi. Namun, belum bisa dipastikan karena bangkai sudah hancur.

Salah satu pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabupaten Seram Bagian Barat, Nasrun, mengidentifikasi bangkai hewan raksasa itu sebagai paus. Dia menilai hal tersebut setelah melihat foto bangkai raksasa itu.

Nasrun menyebut informasi penemuan bangkai itu diterimanya dari nelayan sekitar pukul 16.00 WIT. Nasrun menyebut bangkai itu merupakan paus karena tidak melihat ventral grooves atau lipatan pada rahang bawah seperti pada baleen whale.

“Hal ini yang bisa bedakan bangkai superbusuknya baleen whale dan sperm whale, karena keduanya cenderung ‘gemuk’ saat sudah sangat membusuk dan besar sekali bangkainya. Sperm whale, sebusuk apa pun, dia nggak akan ditemukan lipatan kayak di bangkai baleen,” kata Nasrun saat berbincang dengan detikcom, Rabu (10/5).

Lalu, tentang bentuk yang menyerupai tentakel, narsum mengatakan itu efek dari pembusukan. Diduga, hewan tersebut sudah mati 7 sampai sepuluh hari yang lalu.

“Kalau dilihat dari panjang 22 meter, besar sekali. Jadi sperm whale itu kalau membusuk, ususnya akan keluar melalui bagian tenggorokan bawah mulut yang bergaris-garis kayak buah labu, jadi melengkung-lengkung,” bebernya.

“Kalau dia mati, sudah membusuk beberapa minggu akan terlepas, jadi semacam tentakel cumi memanjang,” sambung Nasrun.

Besoknya, Kamis (11/5), Dalimunte menemani tim riset dari pugak Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tim melakukan riset awal untuk identifikasi bangkai.

Pemeriksaan awal, bangkai hewan raksasa itu memiliki panjang 22 meter dan lebar 8 meter. Hewan ini memiliki dua taring dengan panjang 5,5 m dan diameter 13 m. Hewan tersebut memiliki 4 tangan/sirip, 2 di bagian belakang dan 2 di depan. Panjang masing-masing tangan/sirip adalah 2,50 m.

“Memiliki ekor mirip ekor buaya dengan panjang 5,50 m. Makhluk tersebut diperkirakan mengeluarkan racun yang mengakibatkan ikan-ikan kecil dan taripang yang ada di sekitarnya mati. Kondisi bangkai mamalia laut tersebut sudah mengeluarkan bau tidak sedap sampai radius 500 meter,” jelas Dalimunthe.

Namun, pemeriksaan selintas tidak bisa menjwab spesies mahluk tersebut. Harus ada penelitian lebih lanjut dan pengambilan sample untuk diteliti.

“Belum bisa dipastikan untuk jenisnya karena bentuk dari binatang tersebut sudah hancur. Dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mengambil example untuk diteliti lebih lanjut,” ungkap Dalimunthe kepada detikcom, Kamis (11/5)

Tim riset dari KKP rencananya pada hari ini, Jumat (12/5), akan kembali ke lokasi untuk melanjutkan penelitian terhadap bangkai hewan raksasa ini. Menentukan jawaban hewan itu cumi-cumi atau paus harus segera terjawab, bangkai terebut sudah semakin membusuk dan mencemari lingkungan.(mb/detik)

Pos terkait