Video ‘Bunuh si Ahok’, Anak Dikhawatirkan Tumbuh Radikal

Metrobatam, Jakarta – Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengkhawatirkan benih-benih kebencian yang muncul dari anak-anak akan menjadikan mereka kelompok radikal baru di masa mendatang.

Hal itu disampaikan Ketua Koordinator JPPI Ubaid Matraji menanggapi video yang beredar tentang anak-anak yang meneriakkan, “bunuh … bunuh si Ahok sekarang juga…” Dia menuturkan sejumlah hal yang harus dievaluasi adalah materi Pendidikan Agama Islam (PAI) termasuk kualitas gurunya.

Ubaid menegaskan pihaknya melihat konten agama Islam di sekolah umum relatif masih mengajarkan hal-hal yang intoleran terhadap warga yang berbeda. Sehingga, papar dia, ada anggapan bahwa ‘saya muslim’ dan ‘anda kafir.’

Mereka akan memusuhi yang lain,” kata Ubaid ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (26/5). “Berpotensi radikal jika ini terus dipupuk dan akan menjadi ‘sumbu pendek’ kapan pun.”

Bacaan Lainnya

Menurutnya, anak-anak tersebut dikhawatirkan akan tumbuh dengan memusuhi kelompok yang berbeda dengan dirinya sebagai orang Islam.

Diketahui, video yang menyebar di media sosial itu merekam anak-anak berteriak dan bernyanyi dengan kalimat yang mengandung kekerasan, diduga diambil saat pawai menyambut bulan Ramadan di satu kawasan di Jakarta, Rabu (24/5).

Dalam video yang diambil pada malam hari itu tampak anak-anak dan orang dewasa berpakaian serba putih berpawai membawa bendera dan obor. Kalimat yang diucapkan adalah: “bunuh … bunuh … bunuh si Ahok … bunuh si Ahok sekarang juga.”

JPPI meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera mengevaluasi materi ajaran PAI yang mengajarkan intoleransi.

Ubaid menuturkan pihaknya meminta agar pendidikan guru PAI pun dapat menggandeng organisasi Islam moderat macam NU dan Muhammadiyah yang relatif memiliki pandangan toleran terhadap kelompok lainnya.

Radikal di Tingkat SMA

Dalam survei yang dilakukan Setara Institute pada Mei 2016, ditemukan sejumlah siswa SMA negeri di Jakarta dan Bandung Raya setuju dengan sistem khilafah dan perjuangan ISIS. Dalam riset itu dipaparkan, terdapat 11 persen siswa yang menyatakan khilafah adalah sistem terbaik.

Survei itu dilakukan di 171 sekolah di Jakarta dan Bandung Raya dengan sampel 760 siswa.

Selain itu, ada pula yang mendukung apa yang diperjuangkan oleh ISIS. “Terdapat 1 persen responden yang menyatakan mendukung apa yang diperjuangkan ISIS. Ada pula 0,4 persen responden yang menyatakan mendukung aksi terorisme,” demikian Aminuddin Syarif, Peneliti Setara Institute, dalam keterangan resminya yang dikutip CNNIndonesia, Jumat (26/5).

Setara merekomendasikan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama serta dinas pendidikan memastikan iklim kondusif untuk penguatan toleransi di lingkungan sekolah. Selain itu, kata Aminuddin, pemerintah juga dapat memberikan pendidikan berkelanjutan bagi guru PAI.

Terorisme adalah puncak dari intoleransi, maka kinerja pemberantasan terorisme dan radikalisme juga harus mencakup pada promosi dan penguatan toleransi bagi siswa,” kata dia. (mb/cnn indonesiaa)

Pos terkait