Mengintip ‘Perpecahan’ dalam Tubuh Alumni 212

Metrobatam, Jakarta – Bulan madu para bekas aktivis Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 ternyata tak berlangsung lama. Para alumni 212 itu, yang sempat berhimpun dalam Presidium Alumni 212, saat ini terpecah menjadi sejumlah organisasi atau perkumpulan.

Publik kini tak hanya mengenal Presidium Alumni 212. Nama-nama lain juga muncul seperti Persaudaraan Alumni 212, Garda 212, hingga Korps 212.

Masing-masing kelompok mengklaim mewakili semangat Aksi 212, namun memiliki tujuan yang berbeda. Di antara kelompok-kelompok alumni 212 tersebut bahkan ada upaya saling menegasikan.

Hal itu misalnya tercermin dari pernyataan penasihat Persaudaraan Alumni 212, Eggi Sudjana, pada Sabtu (27/1) lalu. Persaudaraan Alumni 212 merupakan organisasi yang terbentuk dari hasil Musyawarah Nasional pada 25-27 Januari 2018 di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Bacaan Lainnya

Eggi menyatakan hanya Persaudaraan Alumni 212 yang mendapat rekomendasi, atau izin, atau amanat dari Rizieq Shihab.

Sementara kuasa hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera menyebut dengan berdirinya Persaudaraan Alumni 212, maka tak ada lagi Presidium Alumni 212. “Kalau ada yang mengatasnamakan Presidium Alumni 212, itu ilegal. Seluruh pengikut yang lain ilegal. Kami tidak bertanggung jawab atas segala aktivitasnya,” ujar Kapitra.

Pernyataan Persaudaraan Alumni 212 itu mendapat respons dari Ustaz Hasri Harahap. Dia menegaskan, Presidium Alumni 212 tetap ada sekaligus menjadi salah satu pewaris semangat dan aspirasi para alumni 212.

Hasri saat ini menjabat sebagai sekretaris jenderal Presidium Alumni 212, sementara Habib Umar Al Hamid didapuk sebagai ketua Presidium Alumni 212.

Kata Hasri, Presidium Alumni 212 bersifat terbuka terhadap setiap kelompok yang dibentuk oleh para alumni 212.

“Jadi kami mengakui itu Garda 212, Korps 212, Aktivis 212. Semuanya menurut kami adalah kelompok-kelompok yang mengambil spirit 212,” ujar Hasri kepada CNNIndonesia.com, Selasa (30/1).

Ketua Garda 212 Ansufri Idrus Sambo tak menafikan perbedaan dalam pergerakan para alumni 212 dan menganggapnya sebagai variasi dalam pergerakan Islam. “Kan, semakin beragam, semakin baik,” ujar Sambo kepada CNNIndonesia.com.

Sambo menganggap Presidium Alumni 212 yang dipimpin Habib Umar Al Hamid sebagai wadah besar yang memayungi kelompok-kelompok alumni 212.

“Modelnya, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa. Jadi setiap kelompok mengirimkan wakilnya ke Presidium. Termasuk dari kami, Garda 212,” kata dia.

Meski demikian Sambo menyesalkan sikap Persaudaraan Alumni 212 yang menegasikan kelompok lain dalam lingkaran alumni 212.

Ia bahkan menyebut sikap itu sebagai bentuk kesombongan. Menurut Sambo, tak ada yang berhak melarang orang-orang sesama alumni 212 untuk mendirikan organisasi termasuk dengan menggunakan nama Presidium Alumni 212. “Semua boleh bawa nama 212 asal mewarisi spirit umat 212,” ujar Sambo. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait