Pidato Tito soal Cuma NU-Muhammadiyah Pendiri NKRI Diprotes

Metrobatam, Jakarta – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain memprotes keras isi pidato Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian yang menyinggung soal perjuangan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Indonesia.

Ia pun membuat surat terbuka untuk mengungkapkan keberatannya tersebut terhadap Tito yang diunggah lewat akun Facebook pribadinya, KH Tengku Zulkarnain, Senin (29/1) pukul 16.54 WIB.

Dalam surat terbuka itu, Tengku mengungkapkan kekecewaan dan meminta Tito mempelajari kembali tentang pergerakan dan perjuangan Indonesia.

Dia pun menyatakan, Tito tidak menganggap perjuangan umat Islam di luar ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Bacaan Lainnya

“Sikap dan pengetahuan Anda (Tito) tentang hal Ini sangat mengecewakan. Ada banyak Ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang ikut berjuang mati-matian melawan penjajah di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Halmahera,” kata Tengku.

Ia mencontohkan pada 1901 di Jakarta berdiri Jami’atul Khairat yang didirikan oleh para ulama dan masyarakat keturunan Nasionalis Arab. Sementara di Menes, Banten ada Mathla’ul Anwar berdiri tahun 1916.

Menurut Tengku, salah satu anak didik Mathla’ul Anwar adalah Alamsyah Ratu Prawira Negara, pejuang asal Lampung yang pernah jadi Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Agama RI.

Di Medan, berdiri Al Washliyah pada tahun 1926 yang membuka banyak sekolah dan para tokohnya berjuang angkat senjata melawan penjajah Belanda.

Dia pun meminta Tito menyebutkan ormas Islam yang dimaksud ingin merontokkan negara agar jelas dan tidak menimbulkan rasa saling curiga antar ormas dan umat Islam di Indonesia.

Di akhir surat terbukanya, Tengku berharap Tito meminta maaf dan menarik pernyataan yang diungkapkan dalam pidato tersebut.

Ia menyatakan, Tito telah merendahkan jasa para ulama dan pejuang Islam di luar Muhammadiyah dan NU, serta mencederai rasa kebangsaan yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia.

“Akhirnya, melalui surat terbuka ini saya, Tengku Zulkarnain protes keras atas pernyataan Bapak Kapolri dan meminta anda meminta maaf serta menarik isi pidato anda yang saya nilai tidak etis,” ucapnya.

Menyikapi, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, Tito akan mengumpulkan sejumlah ormas Islam.

“Nanti (rencananya) akan ada pertemuan dengan organisasi-organisasi Islam, silaturahmi,” kata Setyo di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (30/1).

Menurutnya, kejadian yang direkam pada video tersebut terjadi pada 2016. Menurutnya, waktu itu pihaknya sedang menandatangani nota kesepahaman bersama NU.

“Saya waktu itu masih Kadiv Hukum, bahkan di gambar yang viral itu ada gambar saya di situ. Di kantor Pengurus Besar NU kalau nggak salah. (Kapolri) mau memberikan penjelasan.” ujar Setyo

Namun jenderal bintang dua itu tidak menjelaskan substansi pernyataan Tito yang dinilai oleh sejumlah pihak tidak mengakui kontribusi ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah.

Berikut penggalan pidato Tito yang tersebar di media sosial dan memicu polemik:

Perintah saya melalui video conference minggu lalu, 2 minggu lalu saat Rapim Polri, semua pimpinan Polri hadir, saya sampaikan tegas menghadapi situasi saat ini, perkuat NU dan Muhammadiyah. Dukung mereka maksimal.

Semua Kapolda saya wajibkan membangun hubungan dengan NU dan Muhammadiyah tingkat provinsi. Semua kapolres wajib untuk membuat kegiatan-kegiatan untuk memperkuat para pengurus cabang di tingkat kabupaten-kota.

Para kapolsek wajib, di tingkat kecamatan, bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah. Jangan dengan yang lain.

Dengan yang lain itu nomor sekian. Mereka bukan pendiri negara, mau merontokan negara malah iya.

Tapi yang konsisten dari awal sampai hari ini itu adalah NU dan Muhammadiyah. Termasuk hubungan. Kami berharap hubungan NU dan Muhammadiyah juga bisa saling kompak satu sama lainnya.

Boleh beda-beda pendapat, tapi sekali lagi kalau sudah bicara NKRI, mohon, kami mohon dengan hormat, kami betul-betul titip kami juga sebagai umat muslim, harapan kami hanya kepada dua organisasi besar ini.

Selagi NU dan Muhammadiyah itu menjadi panutan semua umat Islam Indonesia, kita yakin negara kita tidak akan pecah seperti Siria, Irak, Libia, Mesir, tidak akan bergolak. Karena dua tiang ini jelas, ideologinya jelas, sangat pro-Pancasila. (mb/detik)

Pos terkait