Bawaslu Waspadai Potensi Politik Uang Berkedok THR di Pilkada

Metrobatam, Jakarta – Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) mengungkapkan ada potensi praktik politik uang berkedok pemberian tunjangan hari raya (THR) dari calon kepala daerah kepada calon pemilih saat Pilkada serentak 2018 berlangsung di 171 daerah.

Komisioner Bawaslu, Mochammad Afifudin mengatakan, potensi itu bisa terjadi karena masa kampanye berlangsung selama Bulan Ramadan. Di samping itu, proses pemungutan suara berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Idul Fitri 2018 jatuh pada 15-16 Juni, sementara pemungutan suara Pilkada pada 27 Juni.

“Dengan dalih ibadah atau THR, praktik politik uang ada potensi terjadi,” kata Afifudin di kantor Bawaslu, Jakarta, Rabu (31/1).

Bacaan Lainnya

Afifudin mengatakan, politik uang berkedok pemberian THR bisa dilakukan sebelum maupun sesudah hari raya Idul Fitri.

Sebelum Idul Fitri, calon kepala daerah kemungkinan memberikannya saat acara buka puasa bersama. Kemudian setelah Idul Fitri, politik uang berkedok THR bisa dilakukan saat open house.

“Saat silaturahmi open house, ya enggak menutup kemungkinan,” ucap Afifudin.

Afifudin mengatakan Bawaslu belum pasti mengirim orang bilamana ada open house yang dihelat calon kepala daerah. Bawaslu masih akan merumuskan langkah untuk mencegah terjadinya politik uang berkedok THR.

“Tetapi bukan berarti tidak memantau. Nanti kita lihatlah,” katanya.

Afifudin mengaku pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bawaslu, berupaya mendorong MUI untuk berperan aktif dalam mencegah terjadinya politik uang berkedok ibadah. Dia tidak ingin ibadah tercoreng dengan praktik politik uang. Apalagi kampanye Pilkada bertepatan dengan Bulan Ramadan.

Afifudin menegaskan bahwa pihaknya bukan bermaksud membatasi calon kepala daerah untuk melakukan ibadah. Dia hanya berharap para calon kepala daerah tidak memanfaatkan momentum Ramadan untuk melakukan praktik politik uang.

“Kita akan buat batasan-batasan tapi bukan berarti kita ingin membatasi ibadah. Kita hanya ingin mencegah. Jangan sampai esensi ibadah jadi hilang maknanya,” kata Afifudin.(mb/cnn indonesia)

Pos terkait