Perbatasan Indonesia-Malaysia, Rute Pelarian ISIS Filipina

Metrobatam, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan daerah perbatasan Indonesia-Malaysia kerap kali dijadikan sebagai jalur pelarian bagi kelompok teroris Abu Sayyaf Group (ASG) dan ISIS jika ada gempuran dari pasukan militer Filipina.

Hal itu, kata Ryamizard, pun sudah disampaikan dalam pertemuan dengan Menhan Filipina Delfin N Lorenzana di Manila, Filipina beberapa waktu lalu.

“Jadi perbatasan RI – Malaysia digunakan sebagai jalur pelarian [kelompok ASG dan ISIS] apabila ada gempuran dari pasukan pemerintah Filipina,” kata Ryamizard berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh CNNIndonesia.com, Senin (13/8).

Ryamizard mengatakan informasi itu diterimanya dari penjelasan Komandan Militer Angkatan Bersenjata Filipina yang melaksanakan tugas di wilayah Mindanao Barat, Filipina, serta beberapa informasi dari berbagai sumber yang dihimpunnya.

Bacaan Lainnya

Ryamizard mengatakan kelompok ISIS terus berkembang dan menunjukan eksistensinya sesuai cita-cita teroris untuk mendirikan negara Islam di kawasan ASEAN. Keberadaan kelompok terorisme itu lantas berpengaruh langsung terhadap ancaman perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu pun mengatakan perkiraan bahwa kelompok tersebut melakukan pengembangan daerah operasi ke arah selatan hingga Malaysia dan Indonesia.

Hal tersebut didasari berbagai peristiwa-peristiwa penculikan penduduk untuk direkrut sebagai simpatisan ISIS telah bergeser ke wilayah Sabah, Malaysia hingga sebagian perairan Indonesia.

“Juga penutupan barter perdagangan di Sandakan, Malaysia menyebabkan kesulitan keuangan kelompok ASG/IS di Filipina Selatan menyebabkan hal ini terjadi,” ungkap Ryamizard.

Melihat ancaman itu, Ryamizard mengatakan pihaknya telah menggandeng Malaysia dan Filipina untuk melakukan kerja sama trilateral berpatroli perbatasan kedua negara.

Hal itu bertujuan agar bekas pejuang ISIS yang ingin memasuki kedua negara tidak bisa secara leluasa mengembangkan jaringannya.

“Untuk bisa melakukan operasi bersama, maka diperlukan suatu latihan bersama ketiga negara RI-Malaysia-Filipina guna membiasakan diri dengan keadaan medan daerah operasi dan peningkatan kemampuan interopebilitas,” pungkasnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait