Sebanyak 49 Mahasiswa Papua Masih Ditahan di Polres Surabaya

Metrobatam, Jakarta – Seluruh mahasiswa yang diangkut polisi dari asrama mahasiswa Papua di Surabaya semalam masih berada di Mapolrestabes Surabaya.

“Ini masih di [kantor] polisi, teman-teman sudah minta pulang, karena letih diperiksa dari semalam,” ujar Sahura, salah satu pengacara Publik LBH Surabaya yang turut mendampingi para mahasiswa saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (16/8).

Sahura mengatakan ada 49 orang yang diangkut polisi dari asrama mahasiswa yang berada di Jalan Kalasan, Surabaya, semalam.

“Penghuni asrama tinggal sekitar 20 orang, tapi kawan-kawan yang sudah ngekos pun sering main ke sana. Asrama ini jadi tempat berkumpul,” tutur Sahura.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya, dalam jumpa pers pada Kamis (16/8) dini hari Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan pihaknya memeriksa para mahasiswa itu termasuk atas dugaan gerakan makar.

“Ada beberapa perkara yang kami selidiki. Salah satunya dugaan aktivitas gerakan makar di dalam mess tersebut yang terindikasi dari penolakan pengibaran bendera merah putih di depan mess mereka tadi siang,” ujar Rudi pada Kamis (16/8) dini hari seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, dia menegaskan, pihaknya juga menyelidiki perkara penganiayaan menggunakan senjata tajam sejenis parang yang diduga dilakukan oleh salah seorang penghuni mess terhadap seorang warga hingga terluka, menyusul terjadi insiden penolakan pengibaran bendera merah putih pada Rabu (15/8) siang.

“Kami selidiki semua perkara itu satu per satu,” katanya lagi.

Saat dikonfirmasi kepada Sahura, dirinya menyatakan dari informasi yang diterima polisi bergerak ke asrama mahasiswa itu karena ada laporan soal dugaan penganiayaan.

“Nah, kalau itu (pemeriksaan dugaan gerakan makar) kita enggak tahu ya sampai sejauh itu. Karena yang kami lihat adalah laporan terkait penganiayaan,” katanya.

Sebelumnya terjadi keributan antara mahasiswa asal Papua di asrama tersebut dengan anggota organisasi masyarakat. Persoalannya karena para mahasiswa Papua dianggap tidak mengindahkan imbauan Pemerintah Kota Surabaya buat memasang bendera Merah Putih menjelang peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus.

Saat dihubungi semalam, Sahura yang juga berada di asrama tersebut kala polisi sedang melakukan penggeledahan, ketegangan dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Menurut dia, saat itu sejumlah anggota ormas memaksa masuk asrama berada di Jalan Kalasan Nomor 10, Surabaya.

“Mereka maksa masuk alasannya mau pasang bendera. Ditanya sama teman-teman mahasiswa. Akhirnya bertengkar,” kata Sahura, Rabu (15/8).

Sahura mengatakan karena situasi tegang saat itu, seorang mahasiswa mengambil parang buat menakuti anggota ormas. Dalam pertengkaran itu seorang anggota ormas terluka karena jatuh. Namun, tak lama kemudian mereka mengadu ke polisi.

“Anggota Polresta Surabaya kemudian datang mau menggeledah. Anggota ormas mengaku terluka karena terkena bacokan, padahal tidak. Akhirnya setelah negosiasi disepakati parang itu diserahkan dan polisi meninggalkan lokasi setelah melakukan pendataan,” ujar Sahura.

Hanya saja, kata Sahura, mendadak Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan datang sambil misuh-misuh. Rudi lantas memerintahkan supaya seluruh penghuni asrama mahasiswa itu dibawa ke Polrestabes Surabaya.

Sahura menyatakan sebenarnya para mahasiswa Papua itu juga sudah menyiapkan bendera merah putih untuk dikibarkan. Namun, menurut dia pemasangan akan dilakukan pada 17 Agustus. Apalagi menurut dia imbauan Pemkot Surabaya tidak bersifat memaksa warga.

“Teman-teman mahasiswa keberatan dengan sikap ormas saja. Mereka sudah siapkan bendera juga untuk 17 Agustus,” ujar Sahura semalam. (mb/detik)

Pos terkait