Sekjen PAN: Bila Deadlock, Keputusan Koalisi Diputuskan Ketum

Metrobatam, Jakarta – Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menyebut koalisi bersama Prabowo Subianto belum final. Bila terjadi deadlock pembahasan koalisi di internal, keputusan akan diserahkan kepada Ketum Zulkifli Hasan.

Pendapat ini disampaikan dalam pertemuan sejumlah DPW di kediaman dinas Zulkifli yang juga Ketua MPR di Widya Chandra, Jakarta Selatan, Selasa (7/8). Menurut Eddy, 21 dari 34 ketua DPW PAN yang hadir dalam pertemuan memiliki pendapat beragam.

“Tetapi rata-rata mereka menghendaki Pak Zul maju, paling tidak sebagai cawapres. Kedua, mereka menghendaki PAN sebagai pihak yang dapat ‘menjahit’ komunikasi di antara partai-partai yang ada. Yang ketiga, tentu, mereka menyatakan apabila terjadi deadlock, seluruh keputusan kita mandatkan kepada Ketua Umum untuk menentukan ke mana arah kita,” kata Eddy kepada wartawan.

Saat ditanya soal kabar dukungan DPW Kepri ke Jokowi, Eddy menyebut DPW memang punya aspirasi beragam. Nantinya keputusan akan diambil pada rakernas. “Mereka pada intinya menyerahkan kepada ketua umum jika memang terjadi kebuntuan komunikasi,” tegas Eddy.

Bacaan Lainnya

Rakernas PAN, menurut Eddy, direncanakan digelar sebelum hari Jumat (10/8) di Hotel Sultan.

Kita Cari Alternatif

PAN menyatakan tokoh yang mereka endorse, Ustaz Abdul Somad (UAS), menolak menjadi cawapres Prabowo Subianto. PAN pun mencari alternatif tokoh baru.

“Ustaz Somad mengatakan tadi beliau menolak dicalonkan sebagai cawapres. Karena itu, kita mencari alternatif,” ujar Sekjen Eddy di kediaman Ketum PAN Zulkifli Hasan, kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Selasa (7/8).

Tokoh alternatif yang tengah dicari PAN menjelang penutupan pendaftaran Pilpres 2019 itu disebut yang bisa diterima seluruh partai koalisi. Saat ini, kata Eddy, semua kembali ke titik nol.

“Jadi kita kembali memakai konsep meja kosong. Semua berhak menyatakan pendapat, tapi semua bersepakat tidak pasang harga mati dari awal,” tuturnya.

Dengan mencari tokoh alternatif yang bisa diterima semua pihak, PAN berharap tidak ada parpol koalisi yang merasa ditinggalkan. Usul yang diajukan PAN adalah tokoh di luar partai.

“Ya, idealnya kalau sudah begini, daripada ada satu parpol yang merasa diutamakan, yang lain merasa ditinggalkan, lebih baik kita cari konsensus dulu siapa yang mau kita ajukan. Kalau konsensus itu berbasis orang yang berasal bukan dari parpol, ya lebih baik itu karena lebih gampang diterima,” tutur Eddy.

“Karena pada saat kita melakukan pembicaraan awal, UAS merupakan figur yang diterima, Anies (Gubernur DKI Anies Baswedan) juga figur yang diterima karena tidak mewakili parpol mana pun. Jadi saya pembicaraan seperti ini masih terus kita jalin. Dan kita masih punya 2×24 jam untuk itu,” sambungnya.

Meski menyebut nama Anies, Eddy tidak mengatakan Gubernur DKI itu yang akan diajukan sebagai tokoh alternatif. Nama Anies diajukan jauh hari, tapi tidak ada pembicaraan lanjutan untuk saat ini.

“Nggak, nggak, nggak. Itu sebelumnya sempat ada pembicaraan seperti itu. Jadi pada saat kita sempat membahas nama Anies Baswedan, tidak ada penolakan dari parpol-parpol karena tidak mewakili salah satu parpol,” ucap Eddy.

PAN pun, disebutnya, sudah memiliki alternatif lain. Hanya, Eddy tak mau membocorkannya.

“Ada pokoknya, sudah ada di sini, di kantong, tapi jangan diintip. Insyaallah satu nama, insyaallah. Pokoknya cakep saja namanya,” tutupnya.

Sementara itu Ketum Gerindra Prabowo Subianto menyambangi rumah Ketum PAN Zulkifli Hasan. Hasil pertemuan keduanya belum menemukan kesepakatan dalam koalisi Pilpres 2019.

“Tadi ada beberapa hal yang sifatnya lebih detail, lebih mikro. Ini tetapi dalam rangka kita berproses dalam menentukan koalisi. Jadi, kalau kita bilang final, belum final juga. Kita bilang lanjut, ya cukup lanjut,” ujar Eddy. (mb/detik)

Pos terkait