Berhadapan dengan Keluarga Korban, Kabasarnas Tak Kuasa Nahan Tangis

Metrobatam, Jakarta – Kabasarnas Marsekal Madya M Syaugi tak kuasa menahan tangis saat berhadapan dengan keluarga korban jatuhnya Lion Air PK-LQP di perairan Karawang. Air matanya pun menetes.

“Terima kasih kepada Bapak-Ibu sekalian yang begitu perhatian dengan kami, khususnya tim SAR gabungan. Kami memahami, kami bukan manusia super yang sempurna. Kami tetap berusaha sekuat tenaga. Dengan apa yang kami miliki, kami yakin bisa mengevakuasi seluruh korban. Bapak-Ibu…,” tutur M Syaugi menghentikan pernyataannya di hadapan keluarga korban Lion Air di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).

M Syaugi, yang duduk bersebelahan dengan Kapusdokkes Polri Brigjen Arthur Tampi, menyeka air mata. Brigjen Arthur sempat membuka sebotol air mineral untuk Syaugi.

“…Terima kasih kepada Bapak-Ibu sekalian yang begitu perhatian dengan kami, khususnya tim SAR gabungan. Kami memahami kami bukan manusia super yang sempurna. Kami tetap berusaha sekuat tenaga. Dengan apa yang kami miliki kami yakin bisa mengevakuasi seluruh korban, Bapak-Ibu…,” sambungnya kembali terdiam.

Bacaan Lainnya

“Saya di lapangan, di laut… maaf, untuk melakukan pencarian ini. Saya tidak menyerah,” tegas Syaugi lantang disambut tepuk tangan keluarga korban yang hadir.

Syaugi memastikan tim SAR gabungan mengoptimalkan pencarian yang diperpanjang tiga hari sejak Minggu (4/11). Operasi pencarian diprioritaskan terhadap evakuasi korban.

“Mudah-mudahan dengan waktu yang ada ini, kami tetap all-out walaupun sampai 10 hari nanti. Kalaupun masih ada kemungkinan untuk bisa ditemukan, saya yakin bawah saya terus mencari saudara-saudara korban. Kami mohon doanya kepada Bapak-Ibu sekalian untuk kita bisa kuat, melakukan tugas-tugas yang mulia ini,” papar Syaugi.

Dalam pertemuan dengan Kabasarnas, Menhub, KNKT, perwakilan Polri dan KNKT, keluarga korban menyoroti manajemen Lion Air. Kabar ditemukannya masalah Lion Air PK-LQP di Denpasar sehari sebelum jatuh di perairan Karawang diminta diinvestigasi.

“Kami dapat informasi, benar atau tidak, benar atau tidak kalau pesawat ini sudah trouble di Bandara Ngurah Rai, kemudian ada perbaikan. Apakah perbaikan itu sudah clear,” kata M Bambang Sukandar, ayah penumpang Lion Air Panky Pradana Sukandar, di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).

Bambang meminta pertanggungjawaban teknisi Lion Air. Dia menuntut pihak Lion Air menjelaskan secara rinci persoalan pesawat PK-LQP saat terbang dari Bandara Ngurah Rai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

“Nyawa seratusan itu harus dipertanggungjawabkan. Hukumnya mutlak karena menyatakan pesawat clear untuk take off. Kami mohon dengan hormat peristiwa ini jangan sampai terjadi. Tolong proses hukum teknisi-teknisi yang tidak benar,” sambungnya.

Sementara itu, fakta terbaru dari jatuhnya Lion Air PK-LQP terungkap. Salah satunya adalah rusaknya airspeed indicator di pesawat itu pada empat penerbangan terakhir.

“Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, airspeed indicator,” ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Sedangkan Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri berhasil mengidentifikasi 13 jenazah penumpang Lion Air PK-LQP. Dengan tambahan 13 jenazah itu, total jenazah yang teridentifikasi 27 orang.

CVR Lion Air PK-LQP Masih di Dasar Laut

Sementara itu salah satu bagian kotak hitam atau black box pesawat Lion Air PK-LQP belum ditemukan. Bagian kotak hitam itu berupa cockpit voice recorder (CVR), yang merekam komunikasi di dalam kokpit hingga antara kokpit dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC).

“Dalam kasus ini, CVR sangat penting karena untuk mengungkap secara tepat, secara pasti, maka informasi yang ada di CVR itu akan sangat kita butuhkan. Maka, demi kelengkapan proses investigasi, dan kami juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menemukan, meskipun kalau nantinya tidak kita temukan, data yang ada akan tetap kita proses,” ucap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Senin (5/11).

Saat ini, menurut Soerjanto, sinyal CVR sudah tidak terdeteksi. Namun hal itu tidak menyurutkan pencarian.

“Ya sekarang pun kita sudah tak mendengar sinyalnya. Jadi dengan metode apa pun, kita akan cari CVR itu. Nanti, meski Basarnas berhenti, kami akan cari CVR karena paling penting yang masih kita cari CVR,” ujar Soerjanto

Sementara itu, selain penemuan FDR, hari ini KNKT mengambil tiga bagian pesawat yang tiba di JICT, Tanjung Priok. Ketiga benda itu adalah roda pesawat, emergency locator transmitted (ELT), dan flight direction.

Ketiga benda itu akan disimpan sementara di Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) PLTU, Jakarta Utara. Tim KNKT akan berfokus pada FDR dan CVR lebih dulu.

“Dibawa ke BTKP, Kalijapat, sementara di situ dulu,” ujar investigator KNKT Ardi Gunawan.

Selain itu, Dansatgas SAR Kolonel Laut (P) Isswarto mengatakan tim penyelam selalu bersiaga untuk membantu pencarian. Selain itu, menurutnya, pencarian dilakukan menggunakan kapal survei milik Pertamina, Victory.

Area pencarian difokuskan tak jauh dari titik jatuhnya pesawat di koordinat 05 derajat 46 menit 15 detik South – 107 derajat 07 menit 16 detik East. Tim yang mencari juga membawa ping locator.

“Bagaimana kita sudah membuat area sekitar 100 meter dari pusat atau dari Victory untuk titik pencarian. Yang pertama untuk menjadi objek adalah VCR. Sampai sekarang kita sudah membawa ping locator untuk mendeteksi adanya VCR tersebut,” ujarnya. (mb/detik)

Pos terkait