Tabur Bunga dan Tangis Pilu di Titik Jatuh Pesawat Lion Air

Metrobatam, Jakarta – “Kapal sudah tiba di perairan Tanjung Karawang..”

Pengumuman tersebut disampaikan operator KRI Banjarmasin melalui pengeras suara, Selasa (6/10). Kapal perang milik TNI Angkatan Laut jadi salah satu kapal yang membawa keluarga korban jatuhnya Lion Air di perairan Tanjung Karawang.

Di atas kapal, sejumlah keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 menatap kosong. Beberapa anggota keluarga lainnya berusaha menguatkan diri agar tangis tak pecah di atas geladak kapal.

Tak lama kemudian, Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Madya Muhammad Syaugi menyampaikan sambutan sebelum memulai doa bersama di atas KRI. Lima pemuka Agama dari TNI Angkatan Laut bersiap memimpin doa.

Bacaan Lainnya

“Saya harap dengan doa ini seluruh korban dapat diampuni dosanya dan diterima di sisi Tuhan. Saya harap bapak ibu tetap mendoakan agar kita dapat melakukan pencarian kalau masih ada akan kami teruskan,” ujar Syaugi lirih di atas KRI Banjarmasin 592.

Satu per satu, lima pemuka agama kemudian memulai doa bersama keluarga korban. Doa pertama dilakukan dengan cara Islam, dilanjut secara Katolik, Kristen, Hindu, ditutup dengan cara Budha.

Tangis keluarga korban akhirnya pecah di tengah khusyuknya doa untuk para korban. Beberapa psikolog yang mendampingi mencoba menenangkan keluarga korban yang larut dalam kesedihan.

Tak lama setelah prosesi doa bersama para keluarga diarahkan menuju dek kapal untuk melihat secara langsung lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610.

Saat keluar dari tenda, tangis sejumlah keluarga semakin kencang karena mereka harus melihat lokasi jatuhnya pesawat yang ditumpangi orang yang mereka kasihi.

Beberapa di antara mereka bahkan ada yang harus dibopong karena tak kuasa menahan duka. Setidaknya empat orang dibawa menggunakan tandu karena jatuh pingsan, tidak bisa mengontrol emosinya.

Di titik jatuhnya pesawat, beberapa kapal Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban.

“Kalau masih ada akan kami perpanjang lagi jadi bapak ibu tidak usah khawatir untuk tidak dicari, kalau memang masih ada,” ujar Syaugi.

Setelah melihat lokasi jatuhnya pesawat, salah seorang operator dari pengeras suara mempersilakan kepada keluarga korban untuk menabur bunga di perairan Tanjung Karawang.

Kelopak-kelopak bunga itu bertebaran di atas perairan, diiringi doa yang dipanjatkan dari keluarga korban. Prosesi tabur bunga ini tetap dilaksanakan meski hari sebelumnya sempat ditolak oleh salah seorang perwakilan keluarga korban.

Neuis Marfuah (47), ibu Vivian Hasna Afifa (23) salah satu korban kecelakaan Lion Air JT-610, adalah pihak yang tidak ikut menebarkan bunga ke tengah lautan.

Menurutnya, tebar bunga bukan bentuk protes melainkan keyakinannya melarang untuk menebar bunga kepada orang yang sudah tiada.

“Bunga itu kan untuk yang hidup ya,” ujar Euis singkat.

Neuis jauh-jauh datang dari Bandung untuk turut mendoakan anak sulungnya. Dia sempat bercerita, Vivian pergi ke Pangkalpinang untuk mengurus perusahaan rintisan (start up) yang tengah dimulainya.

Sebagai ibu dia merasa perlu untuk ikut melepas kepergian anaknya. Meski ada sedikit perasaan tidak terima dia tetap berusaha ikhlas melepas Vivian.

“Tidak terima, mungkin tidak terima tapi kita upayakan untuk ikhlas melepaskannya. Allah lebih sayang kepada dia daripada ibu. Walaupun ibu bagaimana pun sayangnya tetap Allah yang punya dan berdoa selalu dia jadi sakinah diampuni dosa-dosanya,” tutur Neuis yang tak kuasa menahan tangis.

Masih Berharap Kembali

Lain halnya dengan Neuis, Kevin Nainggolan (23) kekasih Fita Damayanti Simarmata, Pramugrai Lion Air JT-610 mengaku masih berharap kekasihnya dapat selamat.

Ia mahfum, kemungkinan itu sangatlah kecil. Namun, menurut dia kuasa Tuhan sangatlah besar dan bukan tidak mungkin kekasih yang rencananya bakal dinikahkan tiga tahun lagi itu dapat kembali ke pelukannya.

“Saya enggak mau tabur bunga karena saya yakin pacar saya ini masih selamat. Sekalipun kecil kemungkinan saya masih punya keyakinan, dalam angan-angan itu mungkin dia ditemukan nelayan atau terdampar di mana,” ujarnya lirih.

“Saya percaya kuasa Tuhan Yesus itu besar sekalipun dia di laut yang ganas, saya percaya dia dalam kondisi bernyawa,” tambahnya.

Pesawat Lion Air JT-610. Pesawat yang rencananya bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Pangkal Pinang itu hilang kontak pada Senin (29/10) pukul 06.33 WIB.

Pesawat tersebut diduga jatuh di perairan Tanjung Karawang. Sampai saat ini Tim SAR Gabungan masih terus mengevakuasi korban dan puing-puing pesawat yang masih tersisa di dasar laut perairab Tanjung Karawang. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait