Tim Jokowi Tuding ‘Gorengan’ Aksi Bela Tauhid II Tak Relevan

Metrobatam, Jakarta – Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding meminta agar masyarakat tak terpancing dan terkecoh terkait adanya Aksi Bela Tauhid Jilid II yang digelar Jumat (2/11) siang.

Menurutnya, pembakaran bendera bertuliskan tauhid tidak benar. Pasalnya bendera yang dibakar bendera organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan pemerintah.

“Tauhid itu keyakinan, dan jangan terkecoh atau termakan oleh isu bahwa yang terjadi adalah pembakaran kalimat tauhid. Itu tidak benar. Yang betul, pembakaran terhadap bendera HTI,” kata Karding saat dihubungi wartawan, Jumat (2/11).

Menurut Karding, status badan hukum HTI sudah dicabut lewat keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU 30.AH.01.08 Tahun 2017 tanggal 19 Juli 2017. Karding menegaskan bahwa HTI itu merupakan organisasi yang bertentangan dengan Pancasila karena berniat untuk mendirikan sistem khilafah di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Oleh karenanya, ia meminta masyarakat yang mencintai NKRI untuk bekerjasama agar ideologi yang dimiliki HTI itu tak kembali berkembang di Indonesia.

“Kita harus bersama-sama, bekerjasama, bergotongroyong agar ideologi dan anasir-anasir HTI ini memang tidak boleh dibiarkan berkembang di Indonesia. Karena itu menyangkut eksistensi negara,” kata dia.

Selain itu, Karding menyatakan bahwa para petinggi ormas Islam terbesar di Indonesia seperti Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga sudah bertemu dan turut menyarankan agar warganya tak ikut-ikutan dalam aksi tersebut.

Sebab, ia menyatakan bahwa kedua ormas Islam terbesar di Indonesia itu lebih mengedepankan persatuan dan persaudaraan sesama muslim agar tetap utuh dan bersatu demi NKRI.

“Ini untuk Pancasila kita. Jadi masyarakat sekali lagi jangan mudah terpancing, dipahami secara betul setiap statement, lontaran, upload, dari seseorang ataupun yang ada di media sosial,” ungkapnya.

Sementara itu, Juru Bicara TKN Raja Juli Antoni menegaskan bahwa aksi bela tauhid jilid II sudah tak relevan lagi untuk digelar kembali

Sebab, aparat penegak hukum sudah mengusut tuntas persoalan itu dengan menetapkan dua orang tersangka yang membakar bendera tersebut.

“Kan dalam hitungan hari, hitungan jam para tersangka pelaku ini diduga pelaku ini, sudah diamankan. Jadi saya tidak melihat ada relevansi untuk kemudian menggoreng isu ini,” kata Antoni saat ditemui di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, kemarin.

Antoni mengaku heran bahwa aksi tersebut bakal terbebas dari kepentingan politik dan hanya membela kepentingan agama. Ia memprediksi nantinya akan ada seruan untuk mengganti presiden dan banyak ujaran kebencian dalam aksi tersebut..

“Kalau memang aksi itu murni membicarakan agama maka tentu tidak akan ada ujaran kebencian, tidak akan ada teriakan menolak atau meminta turun presiden tertentu. Kita akan amati secara bersama saya kira masyarakat juga cukup cerdas ya rakyat kita,” kata dia.

Aksi bela tauhid jilid II akan digelar di depan Istana Negara setelah melakukan salat Jumat berjamaah di Masjid Istiqlal.

Sebelumnya, aksi bela tauhid juga pernah dilakukan di depan kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada Jumat lalu (26/10).

Aksi bela tauhid sendiri merupakan buntut dari pembakaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama di Garut. Pembakaran terjadi saat perayaan hari santri di daerah Limbangan, Garut, pada Senin (22/10).

Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini menyatakan sudah tidak ada lagi perbedaan pendapat dan pandangan dengan Pengurus Pusat Muhammadiyah terkait pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Kesamaan pandangan juga terbentuk dengan ormas-ormas Islam lainnya.

Helmy mengatakan hal tersebut usai menghadiri pertemuan dengan perwakilan PP Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya di rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Menteng, Jakarta, Jumat malam (26/10).

“NU dan Muhammadiyah sepakat bersama elemen bangsa lainnya untuk mengakhiri segala dendam, kebencian dan permusuhan dalam peristiwa Garut,” tutur Helmy kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat.

NU dan Muhammadiyah bersama ormas Islam lainnya sepakat untuk berperan dalam meredam emosi masyarakat yang tidak terima dengan pembakaran bendera di Garut oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser). NU, Muhammadiyah, beserta ormas lainnya juga setuju untuk tidak memperbesar masalah tersebut demi persatuan dan kesatuan, serta Indonesia yang damai. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait