‘Kucumbu Tubuh Indahku’ Digoyang Kontroversi LGBT

Metrobatam, Jakarta – Kucumbu Tubuh Indahku, film terbaru Garin Nugroho yang masih tayang di bioskop sejak 18 April lalu, diliputi kontroversi. Film itu dikecam netizen karena menampilkan tema LGBT.

Trailer Kucumbu Tubuh Indahku di YouTube saja sudah dipenuhi hujatan.

“Film LGBT a****g, mati aja kau LGBT b*****t. Merusak anak-anak bangsa,” ujar salah satu komentator. Yang lain menulis, “Perusak moral. Bikin rusak generasi.”

“Film ini tolong jangan ditayangkan di Indonesia,” netizen lain mengimbau.

Bacaan Lainnya

Bahkan kini ada petisi yang menolak film itu. “Gawat! Indonesia Sudah Mulai Memproduksi Film LGBT dengan Judul ‘Kucumbu Tubuh Indahku,’” demikian judul petisi di Change.org.

Petisi itu ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia dan sudah ditandatangani lebih dari 53 ribu orang. Isinya tidak macam-macam, hanya imbauan untuk memboikot film itu.

CNNIndonesia.com sudah berusaha menghubungi Garin dan produser Ifa Isfansyah serta publisis Kucumbu Tubuh Indahku, Rabu (24/4) namun belum mendapat komentar.

Kucumbu Tubuh Indahku bercerita tentang penari Lengger bernama Juno.

Sejak ditinggal ayahnya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Tak diduga tarian itu membuatnya menapaki perjalanan hidup yang berliku. Sampai pada akhirnya, Juno bisa memahami dan menerima keindahan hidup sebagai seorang penari Lengger.

Tari Lengger sendiri merupakan budaya asli Indonesia, tepatnya berasal dari Banyumas. Tarian itu mengharuskan penarinya menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh. Biasanya tarian itu dipentaskan lelaki, yang di keseharian mengubah diri jadi perempuan.

Mereka berlaku, berlenggok, dengan gemulai bak wanita sungguhan.

Garin membuat Kucumbu Tubuh Indahku berdasarkan cerita hidup seorang penari Lengger, Rianto. “Tubuh kita ini menyimpan ingatan. Rangkaian ingatan tersebut menjadi sebuah sejarah manusia, sejarah tubuh dan trauma-traumanya tersendiri yang bukan hanya personal, tapi juga merupakan representasi sosial dan politik yang dialami seorang individu. Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang,” kata Garin dalam keterangan pers.

“Ini yang saya tangkap dari cerita hidup Rianto. Dan ini yang ingin saya coba visualisasikan ke dalam film,” sutradara Daun di Atas Bantal itu melanjutkan.

Produser Ifa Isfansyah menganggap Kucumbu Tubuh Indahku akan indah secara visual. “Pertama kali mendengar ide ini, saya langsung sangat tertarik karena ceritanya yang sangat menggelitik. Cerita tentang perjalanan tubuh kita,” ujarnya, juga dalam keterangan pers.

Film yang tayang di Indonesia sejak 18 April lalu itu sudah mendapat beberapa penghargaan internasional, termasuk dari Italia, Prancis, Australia, dan Meksiko. Kucumbu Tubuh Indahku juga sudah diputar di lebih dari 30 festival film di seluruh dunia.

Karena itu ada pula warganet yang membela Kucumbu Tubuh Indahku.

“Ya sudahlah enggak usah tayang di negeri sendiri enggak apa-apa. Lanjutkan karya bangsa di luar negeri saja, film kayak begini enggak masuk sama generasi micin,” komentar mereka.

“Hidup Kemanusiaan! Manusia tanpa terkecuali, berhak berekspresi. Bentuk represi atas film ini merupakan bagian dari ketidakadilan yang masih dipelihara oleh tirani mayoritas. Maju terus kemanusiaan, maju terus film yang memanusiakan kaum terpinggirkan!” kata lainnya.

Hingga kini Kucumbu Tubuh Indahku tinggal tersisa di setidaknya dua bioskop di Jakarta, apalagi setelah adanya serbuan Avengers: Endgame. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait