Setara: Hasil Ijtimak Ulama Produk Politik Tak Perlu Dipatuhi

Metrobatam, Jakarta – Ketua Setara Institute Hendardi menyebut hasil Ijtimak Ulama dan Tokoh Nasional III yang digelar pada Rabu (1/5) lalu bukanlah produk hukum, melainkan produk kerja politik.

“Produk Itjima Ulama III adalah pendapat sekumpulan elite politik yang mengatasnamakan ulama Indonesia untuk tujuan politik praktis dan jauh dari semangat memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dan kenegaraan. Sebanyak 5 butir keputusan itu bukanlah produk hukum melainkan produk kerja politik, sehingga tidak perlu dipatuhi oleh siapapun,” ujar Hendardi dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (3/5).

Menurut Hendardi, keputusan itu lebih merupakan ekspresi dari kelompok masyarakat dan bagian dari kritik atas penyelenggaraan Pemilu 2019. Namun, sambungnya, sejauh ini kinerja penyelenggara pemilu sendiri secara umum telah dilaksanakan dengan prinsip keadilan pemilu. Namun, sambungnya, jika ada kekecewaan atas penyelenggaraan pemilu itu sebaiknya dilakukan lewat mekanisme demokrasi yang tersedia.

Di satu sisi, Hendardi menilai ijtimak ulama yang diinisiasi kelompok PA 212 dan GNPF Ulama itu pun menilai keputusannya semakin kehilangan legitimasi. Justru, sambungnya, kini itu disebutkan mirip provokasi elite terhadap publik untuk melawan dan mendeligitimasi penyelenggara pemilu.

Bacaan Lainnya

“Sekalipun kebebasan berpendapat dan berkumpul ini dijamin oleh UUD Negara 1945, akan tetapi, jika keputusan itu memandu gerakan-gerakan nyata melakukan perlawanan atas produk kerja demokrasi melalui jalur-jalur melawan hukum, termasuk menggagalkan proses Pemilu, maka aparat keamanan dapat mengambil tindakan hukum,” katanya.

Pada satu sisi, Hendardi melihat dari lima butir hasil Ijtimak Ulama III, terlihat inkonsistensi keputusan yang satu dengan lainnya.

“Satu sisi mendorong BPN Prabowo-Sandi menempuh jalur legal-konstitusional; tetapi di sisi lain tanpa mau repot beracara di Mahkamah Konstitusi, Ijtima ini meminta pasangan Jokow-Maruf didiskualifikasi dari proses kontestasi,” katanya.

Atas dasar itu, dia pun memandang ijtimak ulama adalah hasil kesepakatan sejumlah elite yang hanya mempertegas praktik politisasi agama sebagai cara membakar emosi umat.

“Sudah cukup bukti bahwa politisasi agama dan membakar emosi umat telah membuka jarak antarwarga dan memperkuat segregasi sosial diantara kita. Ini waktunya kita kembali menyatu dalam wadah Indonesia,” pesan dia.

Sebelumnya pada Ijtimak Ulama dan Tokoh nasional III yang digelar di Sentul, Jawa Barat, diputuskan telah terjadi kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif oleh kubu paslon 01 dalam Pilpres 2019 Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin. Dalam ijtimak ulama itu, panitia mengundang capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait