Hingga Akhir 2019, Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Habiskan Rp 40 T

Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika memperkirakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga akhir 2019 menelan biaya Rp 40 triliun. Itu dari total biaya sebesar Rp 80 triliun untuk keseluruhan proyek.

Jumlah dana yang akan digelontorkan sampai akhir tahun itu dengan asumsi bahwa progres konstruksi bakal menyentuh 49-51% di akhir 2019. Kata Direktur Utama Wika Tumiyana, cara menghitungnya adalah total investasi Rp 80 triliun dikalikan progres.

“Kalau kita bisa nyampe selesai 50% berarti spending-nya (pengeluarannya) sampai dengan akhir 2019 besarannya Rp 40 triliun,” kata dia di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Sementara yang sudah digelontorkan hingga hari ini kira-kira mencapai Rp 21 triliun.

Bacaan Lainnya

“Untuk mencapai 27% itu berapa besarannya yang dipakai, uang dipakai, 27% kalikan Rp 80 triliun, nanti dihitung sendiri. Itu adalah penyerapan (sampai saat ini). Sampai akhir tahun berarti akan menuju ke angka Rp 40 triliun,” jelasnya.

Dana pembangunan kereta cepat ini sebagian besar berasal dari pinjaman kepada China Development Bank (CDB). Investasi yang digelontorkan untuk pembangunan kereta cepat, 75% berasal dari CDB, dan 25% dari PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

KCIC adalah konsorsium 4 BUMN yakni PT Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII.

Pembebasan Lahan Sisa 2%

Sementara pembebasan lahan tinggal 2,7%. Pembangunan ini ditargetkan rampung pada 2021. “Progres kereta cepat sampai posisi sekarang sudah 27,2% secara keseluruhan. Sisa pembebasan tanah tinggal 2,7%,” kata Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Tumiyana di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Terkait lahan yang belum bebas, menurut Tumiyana tak menjadi kendala. Itu bisa diselesaikan seiring dilaksanakan pembangunan konstruksi.

“Itu tidak harus selesai di depan karena terdiri fasos (fasilitas sosial) dan fasum (fasilitas umum) dari area yang kena lintasan yang harus dipindahkan. Sehingga track utamanya semua sudah bebas, di lapangan semua sudah bergerak dari mulai km 0 sampai km 142,” jelasnya.

Pihaknya menargetkan kereta cepat beroperasi di pertengahan 2021, di mana hingga akhir 2019 target konstruksi adalah mencapai 51%.

“Sehingga kuartal II-2021 sudah mulai trial operasi selama 3 sampai dengan 4 bulan, setelah itu akan di-operate secara penuh sampai dengan di 2021. Dan target sampai akhir tahun 2019 itu antara 49 sampai dengan 51%,” tambahnya. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *