Luhut Tolak Keras Kereta LRT Jabodebek Pakai Produk Impor

Metrobatam, Jakarta – Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan cerita soal upaya keras agar kereta LRT Jabodebek memakai produk PT INKA (Persero). Bahkan, kata Luhut sempat ada keributan saat LRT Jabodebek mau impor kereta.

Luhut pasang badan agar LRT bisa menggunakan kereta dari PT INKA. Menurutnya penggunaan produk INKA pada LRT Jabodebek sebagai wujud menggenjot tingkat komponen dalam negeri (TKDN)

“Keberhasilan PT INKA memasok LRT Jabodebek. Itu kami paksa, kami berkelahi, waktu itu bahkan mau impor, saya bilang tidak. Saya lapor ke Presiden, Pak ini kita bikin dalam negeri,” kata Luhut, di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (2/9/2019).

Dia bercerita kini di Madiun, pabrik INKA terlihat sibuk sekali. Bahkan katanya sudah ada pesanan dari 600 vendor.

Bacaan Lainnya

“Sekarang kalau bapak pergi ke Madiun pekerjanya sangat sibuk sekali saya bangga melihat anak anak bangsa Indonesia. Ada hampir 600 vendor yang dibuat,” kata Luhut.

Bahkan, demi membuat pesanan LRT, INKA membuka pabrik 100 hektare di Banyuwangi. Luhut mengatakan, PT INKA bekerja keras demi memenuhi pesanan LRT.

“Sekarang LRT itu yang membuka 100 hektare (Ha) industri di Banyuwangi. Kenapa karena mereka betul-betul kerja keras untuk menyelesaikan proyek ini,” tandas Luhut.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memaparkan empat empat industri yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Empat industri tersebut adalah industri penunjang migas, ketenagalistrikan, alat pertanian dan alat kesehatan.

Sektor industri alat kesehatan memiliki TKDN terbesar. Alat kesehatan bisa menggunakan hingga 98,52% komponen dalam negeri.

“Yang tertinggi, berada pada sektor industri alat kesehatan capaian TKDN berkisar antara 6,26% sampai dengan 98,52%,” kata Airlangga di Gedung BPPT.

Selanjutnya, Airlangga meneruskan kemampuan sektor industri penunjang migas untuk menggunakan TKDN berkisar antara 25,25% sampai dengan 75,09%. Lalu, pada sektor industri ketenagalistrikan memiliki capaian TKDN berkisar mulai dari 7,0% sampai dengan 80,0%.

“Lalu, ada juga capaian TKDN sektor industri alat mesin pertanian berkisar antara 25,0% sampai dengan 62,0%,” kata Airlangga.

Penggunaan komponen dalam negeri dapat berkontribusi besar pada sektor industri. Airlangga menyatakan, kontribusi sektor industri cukup besar pada pendapatan nasional.

“Kontribusi sektor industri pada Triwulan II 2019 terhadap PDB nasional adalah sebesar 19,52%, atau tumbuh 3,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Airlangga.

Ekspor Nikel Mentah Dilarang

Luhut juga mengatakan bahwa di balik pelarangan ekspor nikel, justru pemerintah ingin adanya nilai tambah untuk komoditas tersebut.

Menurutnya, memang ada potensi US$ 600 juta yang hilang kalau ekspor nikel dilarang. Namun, kalau sudah ditambah nilainya, keuntungan 20 kali lipat bisa didapatkan, bahkan sampai US$ 6 miliar.

“Kalau ada potensi ada US$ 600 juta hilang betul kalau raw material. Kalau sampai pas stainless steel, sampai pada lithium baterai nilainya bisa 20 kali lebih besar,” kata Luhut saat Sosialisasi Program Penggunaan Produksi Dalam Negeri, di Gedung BPPT, Senin (27/9/2019).

“Ekspor kita bisa sampai US$ 6 miliar,” lanjutnya.

Luhut mengatakan bahwa dengan menambah nilai nikel, justru Indonesia bisa membentuk rantai pasok produk nikel. Dengan begitu pun bisa mendukung penggunaan komponen dalam negeri.

“Ini bagus, kita kan usahakan nilai tambah, supply chain pun bisa terbentuk. Misal buat TKDN pun bisa, misalnya nikel jadi lithium baterai untuk kendaraan listrik,” kata Luhut.

Di tahun 2024 dengan penambahan nilai kepada nikel ini, Indonesia menargetkan US$ 35 miliar. “2024 kita bisa mendekati US$ 35 miliar,” kata Luhut. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *