Wiranto Sebut Hoaks Didesain untuk Adu Domba di Papua

Metrobatam, Jakarta – Menko Polhukam Wiranto menyebut ada upaya adu domba di tengah gelombang demonstrasi di Papua yang memanas belakangan ini. Menurutnya, adu domba itu diedarkan melalui hoaks untuk mengacaukan informasi tentang kondisi masyarakat Papua.

Berdasarkan hasil rapat terbatas, kata Wiranto, presiden memerintahkan jajaran menteri untuk segera meluruskan informasi. Menurutnya, hoaks juga dirancang untuk memperlemah kewibawaan pemerintah dan memelihara kekacauan di Papua.

“Beliau (Presiden) memerintahkan untuk segera menyampaikan informasi yang benar lewat media. Kenapa? Agar dapat menetralisir berita hoaks dan palsu yang didesain untuk mengacaukan informasi, mendiskreditkan pemerintah, adu domba masyarakat Papua, memelihara kekacauan di sana,” ujar Wiranto saat konferensi pers di Kantor kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (2/9).

Wiranto mengatakan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian dan Sesmenko Polhukam bertolak ke Papua untuk menemui masyarakat dan mengetahui situasi di lapangan. Dia menyebut aktivitas di Jayapura saat ini berangsur pulih.

Bacaan Lainnya

“SPBU sudah menjual (BBM). Pertokoan dan perkantoran sudah buka, sekolah masih diliburkan,” kata Wiranto.

Wiranto menyebut upaya adu domba berhasil dilakukan di Papua. Hal ini tampak dari benturan antara orang asli Papua (OAP) dengan masyarakat pendatang yang disebut paguyuban nusantara.

“Saat kejadian banyak fasilitas milik masyarakat pendatang juga dirusak. Mereka sepakat untuk menghentikan itu, duduk bersama membicarakan kehidupan yang damai. Jadi kita bersyukur kita dapat pertahankan,” kata Wiranto.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menemukan fakta bahwa hoaks di media sosial terkait isu Papua dan Papua Barat diproduksi oleh buzzer.

Plt Kepala Biro Humas Kominfo Ferdinandus Setu mengungkapkan aktivitas buzzer tersebut terpantau dari banyaknya akun palsu yang saling terkoneksi satu sama lain ketika berkomentar terhadap sebuah komentar di medsos yang juga diproduksi oleh akun palsu.

“Awal mula ketika hari Senin dan Selasa pekan lalu, kami melihat masih berupa perseorangan. Tapi belakangan isu ini akumulasi dikuatkan oleh buzzer-buzzer yang terkoneksi satu sama lain. Mereka saling me-retweet, membalas, me-reply, komen sehingga kemudian terjadi trending dan cukup viral di medsos,” ujar Ferdinandus, Jumat (30/8).

Benny Wenda Bagian dari Konspirasi

Wiranto juga menyebut kerusuhan di Papua tak lepas dari aksi provokasi yang dilakukan Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda. Benny juga disebut aktif menyebar hoaks alias informasi palsu soal Papua ke luar negeri.

“Benny Wenda sejak dulu aktivitasnya sangat tinggi, memberikan informasi palsu. Mereka provokasi. Seakan kita menelantarkan di sana, seakan melakukan pelanggaran HAM tiap hari,” kata Wiranto dalam keterangan kepada wartawan di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, di Jakarta, Senin (2/9).

Benny Wenda adalah salah satu tokoh yang sejak lama memperjuangkan kemerdekaan Papua dari Indonesia. Dia tinggal di luar negeri dan aktif menggalang dukungan internasional.

Benny pernah menyerahkan petisi yang sudah ditandatangani 1,8 juta orang untuk menuntut referendum kemerdekaan Papua Barat kepada Ketua Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Michelle Bachelet, akhir Januari 2019. Ketika itu Benny ikut dalam rombongan delegasi Vanuatu.

Apa yang dilakukan oleh Benny Wenda itu, menurut Wiranto, hanya bisa dilawan dengan informasi yang aktual dan benar.

Wiranto menegaskan dirinya berusaha meyakinkan negara lain bahwa Indonesia serius membangun Papua dan Papua Barat. “Mana mungkin menelantarkan. Tidak mungkin,” kata dia.

“Benar bahwa Benny Wenda bagian dari konspirasi dari masalah ini. Kita lawan dengan kebenaran dan fakta. Biasanya info menyesatkan dibantah dengan fakta,” ujar dia lagi.

Benny sendiri sudah bersuara atas gejolak di Papua dan Papua Barat. Ia menyatakan tindakan rasial terhadap mahasiswa Papua di Surabaya menjadi pemantik kemarahan dan menyulut api ketidakadilan yang dialami rakyat Papua selama lebih dari 50 tahun. Menurut Benny, saat ini adalah waktu yang tepat untuk merdeka.

“Kami sangat membutuhkan dunia untuk waspada dan untuk mendukung kami dan perjuangan kami untuk menentukan nasib sendiri dan perdamaian,” kata Benny dalam akun Facebook-nya, Selasa (27/8). (mb/cnn indonesia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *