Zulhas Cerita Jual Isu Penista Agama Dalam Pemilu, Perolehan Suaranya Malah Menurun

Metrobatam, Jakarta – Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berpendapat menjual isu agama seperti yang diterapkan saat Pemilu Presiden 2019 tidak relevan lagi di dunia politik Indonesia, karena menurutnya masyarakat lebih membutuhkan kebijakan yang berdampak luas.

Zulhas membeberkan pengalamannya ketika ikut Pemilu. Bahkan, dia bercerita bahwa ketika menjual isu penista agama, perolehan suaranya malah menurun.

“Belajar dari Pemilu Presiden 2019 yang sudah usai, ternyata publik tidak lagi membutuhkan jargon-jargon, tapi apa yang akan berdampak bagi kehidupan mereka,” kata dia, di Padang, seperti dikutip Antara Minggu (8/12).

Ia menyampaikan hal itu pada penutupan Silaknas dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dengan tema Penguatan Nasionalisme dan Pengembangan SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045.

Bacaan Lainnya

Ketua Umum PAN tersebut menuturkan pernyataannya itu berdasarkan pengalamannya saat delapan bulan berkampanye dengan menjual isu agama dalam arti positif. Tapi, katanya, publik justru lebih membutuhkan kebijakan yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung.

“Jadi bukan jualan agama yang diharapkan, tapi apa kebijakan berdampak yang bisa ditawarkan kepada masyarakat,” kata dia. “Buktinya ketika menjual isu penista agama tidak seiring dengan hasil pemilu, perolehan suara partai saya PAN malah di urutan ke delapan.”

Artinya lagi, kata dia, publik lebih memilih tawaran kebijakan yang berdampak langsung dan siapa yang menawarkan itu lebih mendapat dukungan.

Di sisi lain, ia juga menilai untuk pertama kali dalam sejarah di Indonesia pada 2019 pelaksanaan pemilu legislatif bersamaan dengan pemilu presiden.

“Ada banyak pelajaran penting dan hebatnya perjuangan yang begitu heroik dengan menjual isu agama, akhirnya capres yang satu sekarang sudah menjadi Menteri Pertahanan, itulah politik yang harus diambil pelajaran karena akhirnya adalah kepentingan,” kata dia pula.

Karena itu, ia menyerukan sudah saatnya semua pihak bersatu memajukan negara ini, namun tentu tidak terlepas sikap kritis dalam mengontrol pemerintahan. Ia menyerukan ICMI untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.

“Sebagai organisasi yang berisi para cendekiawan, ICMI harus mengambil peran lebih strategis dan tidak cukup hanya berteriak-teriak saja karena akan kalah dengan ormas yang begitu banyak,” kata dia.

Dia menyampaikan, ICMI bisa mengambil peran strategis dengan membuat konsep Undang-Undang Kekayaan Negara, Sumber Daya Alam, Kehidupan Beragama karena jauh lebih efektif ketimbang berteriak di luar. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait