Bocah Asal Cianjur Ini Diculik Selama 4 Tahun, Dijadikan Budak Seks Hingga Hamil

Metrobatam, Cianjur – SF (57) ditangkap polisi setelah empat tahun masuk daftar pencarian orang (DPO). Lelaki tersebut menculik seorang gadis asal Cianjur, yang saat itu berusia 11 tahun. Selama empat tahun itu korban jadi budak seks pelaku. Bahkan kini, korban yang usianya menginjak 15 tahun tersebut, hamil sembilan bulan akibat ulah SF.

Awalnya, SF meminta korban yang merupakan tetangganya sendiri untuk datang ke rumah dan memijatnya. Namun setelah memijat, SF membawa korban ke daerah Pameungpeuk Garut dengan alasan mengajak korban main serta menengok anak pelaku di daerah tersebut.

Sejak itu, SF tak memulangkan lagi korban pada orang tuanya. Belakangan diketahui, SF membawa korban tinggal bersamanya di kawasan lahan Perhutani di Ciwidey Bandung. “Pelaku membawa kabur korban ke wilayah Bandung, pada 23 Februari 2016 lalu,” ujar Kapolsek Naringgul Iptu Sumardi.

Empat tahun buron dan tak terlacak. Keberadaan pelaku akhirnya diketahui setelah warga di Desa Wangunjaya, Kecamatan Naringgul, Cianjur, yang tidak jauh dari rumah korban, melaporkan bahwa SF tinggal bersama korban tanpa kejelasan status. Selain itu, warga melihat korban dalam kondisi mengandung.

Bacaan Lainnya

Ternyata SF kembali ke Naringgul lantaran SA kerap meminta untuk bertemu orang tuanya. Sebab korban yang hamil sembilan bulan itu sudah empat tahun tidak berjumpa ayah-ibunya. “Setelah kami cek, ternyata SF ini pelaku yang sudah dicari sejak empat tahun terakhir. SF pun langsung diamankan ke Mapolsek, sedangkan korban dikembalikan pada orang tuanya,” ujar Sumardi.

Pelaku dijerat Pasal 332 ayat (1) dan (2) KUHP dengan ancaman pidana penjara maksimal 12 tahun. “Selain itu pelaku juga dijerat pasal berlapis, di antaranya Undang-undang Perlindungan Anak. Sebab korban masih di bawah umur,” tutur Sumardi.

Untuk korban, menurut Sumarda, bakal mendapatkan pendampingan. Ia khawatir korban mengalami tekanan dan depresi lantaran diculik dan kini hamil.

“Korban pasti dilakukan pendampingan supaya psikologisnya tidak terganggu. Mengingat usianya masih 15 tahun tapi sudah hamil,” kata Sumarna.

Habis Harta Benda Demi Cari Anak

Orang tua korban selama ini tak diam diri. Mereka sudah berbagai upaya demi mencari anaknya yang diculik SF.

“Saya coba keliling cari informasi, tapi tidak ada kabar keberadaan anak saya,” kata Firdaus, ayah korban, saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Naringgul, Cianjur, Senin (27/1).

Ia mengaku terpaksa menjual rumah hingga barang berharga untuk bekal selagi mencari puterinya tersebut. Dia mencari anaknya ke wilayah selatan Cianjur, seperti Naringgul, Sindangbarang, hingga Cidaun. Selain itu, Firdaus mendatangi keluarga pelaku di Pameungpeuk, Kabupaten Garut.

Uang sebesar Rp 900 ribu yang dipinjamnya dari bank keliling pun dijadikan bekal dan ongkos ke Garut. Upaya itu nihil. Keberadaan anaknya, yang saat itu berusia 11 tahun, tak diketahui.

Firdaus juga menjual bangunan rumah panggung berukuran 4×6 meter yang dibangun di atas lahan orang lain seharga Rp 500 ribu. Uang itu kembali ia gunakan untuk mencari keberadaan putrinya. Ia memperoleh informasi bahwa sang anak berada di Bandung.

“Dua hari saya berputar-putar di daerah Ciwidey Bandung, tapi tetap tidak bisa menemukan anak saya. Hingga uang hasil jual rumah habis lagi,” tuturnya.

Tidak punya rumah untuk tinggal, membuat Firdaus bersama keluarganya harus menghuni gudang di pabrik, kawasan Naringgul. Selama setahun mereka tinggal beralaskan tikar di gudang yang penuh debu tersebut.

Tinggal di pabrik penggilingan padi dengan kondisi pikiran yang terbayang terus sang anak, membuat istri Firdaus sempat sakit selama seminggu. “Makan seadanya, kadang dengan nasi dan dedaunan yang direbus, tempat seadanya, dan kepikiran terus anak. Jadinya istri saya sakit parah, mau ke dokter juga tidak punya uang, tapi alhamdulillah kembali sembuh,” ujar Firdaus.

Beruntung, Firdaus diizinkan untuk membangun gubuk di lahan milik ibu tirinya. Lahan itu berdekatan dengan Kantor Kecamatan Naringgul. Gubuk berukuran 2×3 meter itu menjadi tempatnya berteduh selama dua tahun terakhir.

“Ya di sini kang sekarang, memang sempit. Terpenting bisa tidur. Walau kalau malam hari harus gelap-gelapan karena nggak mampu buat pasang jaringan listrik. Kalau malam biasanya nyalain lilin, biar tidak terlalu gelap,” kata dia.

Dia bersyukur kini anaknya sudah berkumpul bersama keluarga. “Tapi sekarang juga saya bingung, kalau anak dalam kandungan putri saya lahir bagaimana mengurusnya. Sedangkan untuk ngurus diri sendiri juga tidak bisa, serba kekurangan. Namanya juga buruh tani,” ucap Firdaus.

Korban Sempat Tinggal di Hutan

Selama dibawa kabur SF, gadis remaja asal Cianjur sempat menghuni sebuah gubuk di dalam hutan, kawasan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Segala keterbatasan itu, korban bertahan hidup.

Korban awalnya dia diajak pelaku ke daerah Pameungpeuk Garut untuk menengok anak SF. Tapi setelah itu, korban langsung dibawa ke daerah Ciwidey.

“Di sana diajak oleh pak SF untuk tinggal di sebuah saung/gubuk di tengah hutan. Jauh dari pemukiman penduduk,” kata korban.

Korban sempat meminta untuk pulang ke rumah, tapi pelaku berjanji akan memulangkan korban setelah setahun tinggal di gubuk tersebut. Untuk bertahan hidup, korban bercocok tanam di area hutan. Sehari-hari ia dan pelaku hanya memakan nasi dengan lauk lalapan serta sayuran yang direbus.

“Ya makan itu saja, nasi sama daun singkong atau sayur. Hampir setiap hari,” ucap korban.

Selama empat tahun itu, korban menjadi budak seks SF. Kini korban hamil usia kandungan sembilan bulan akibat perbuatan bejat pelaku.

Sejak awal kehamilan hingga usia kandungan sembilan bulan, korban mengaku belum pernah diperiksa secara medis ke klinik atau layanan kesehatan lainnya. Alasannya, SF khawatir masih dicari oleh polisi lantaran sudah membawa kabur korban.

“Karena pak SF dicari, jadi tidak pernah dibawa periksa. Selama awal hamil ya seadanya saja, tapi belum pernah sampai kenapa-kenapa kandungannya,” tutur korban.

SF baru berani keluar dari hutan dan mau mengembalikan korban ke keluarganya, sambil berencana menikahi korban. Namun langkah SF itu berujung penangkapan oleh polisi. Ia ditangkap polisi atas dugaan membawa kabur dan menghamili anak di bawah umur.

“Saya akan rawat anak saya setelah lahir. Untuk kebutuhan mau kerja, apa saja kerjaannya, terpenting bisa membiayai anak. Tidak masalah saya masih kecil juga, saya akan besarkan anak ini sendiri,” tutur korban. (mb/detik)

Pos terkait