Kenalkan, Ini Muslimah dan Chaplain Pertama Angkatan Udara Amerika

Metrobatam, Jakarta – Saleeha Jabeen mencatat sejarah baru dalam Air Force atau Angkatan Udara Amerika. Wanita 33 tahun ini menjadi muslim wanita atau muslimah pertama dalam satuan militer tersebut dengan pangkat letnan dua pada 18/12/2019.

Dikutip dari Sofmag, Jabeen bertugas di Air Force Chaplain, Department of Defense. Jabeen yang lahir di India menjadi salah satu kandidat chaplain, dalam satuan yang bertanggung jawab atas kebutuhan religius anggota Air Force.

“Tuhan tolong saya,” ujar Jabeen saat penunjukannya sebagai letnan dua disaksikan keluarga, teman, dan mentornya. Penunjukan Jabeen dilakukan di Catholic Theological Union (CTU), Chicago.

Pimpinan Air Force Chaplain Maj. Gen. Steven Schaick memimpin langsung penunjukan Jabenn yang lahir pada 1986. Kehadiran Jabeen disambut gembira korps chaplain, yang menganggap kebebasan beragama adalah kemenangan bagi semua orang.

Bacaan Lainnya

“Faktanya aturan Amerika menjamin kebebasan beragama atau tidak, bergantung pada tiap pribadi. Korps chaplain ada untuk membantu tiap penerbang mendapat kebebasan menjalankan agamanya. Adanya Jabeen tidak hanya kemenangan bagi Islam tapi semua agama dan kepercayaan. Saya sangat bangga dengan adanya Jabeen di korps chaplain,” kata Schaick.

Air Force Chaplain memiliki anggota para profesional yang mengerti praktik dan teori agama. Departemen tersebut memiliki banyak anggota dari berbagai agama dan kepercayaan. Namun belum memiliki chaplain seorang muslimah yang bisa mendampingi para penerbang militer.

Jabeen mendapat dukungan dari Islamic Society of North America untuk menjadi chaplain muslimah pertama. Jabeen selanjutnya harus menyelesaikan pelatihan chaplain dan ditempatkan di satuan tugas, sesuai keputusan Air Force untuk membantu para penerbang. Dia berharap bisa terus membantu rekan penerbang dan menjadi inspirasi.

“Saat orang lain melihat semua yang telah dilakukan, saya ingin mereka tahu Tuhan selalu punya rencana. Tugas kita adalah berjalan sesuai rencana tersebut dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Selesaikan misi tersebut dengan baik dan jangan menyerah jika ada halangan, dengan tetap menjadi pribadi yang baik dan murah hati,” kata Jabeen.

Jabeen mengatakan dirinya kali pertama datang ke Amerika 2005. Awalnya, Jabeen ingin belajar di bidang bisnis dan meraih gelar MBA. Tujuan selanjutnya adalah bekerja setelah lulus dari North Park University. Jabeen datang sebagai seorang mahasiswa internasional.

Sayangnya, Jabeen mengalami perlakukan tidak menyenangkan saat kuliah 14 tahun lalu. Selain itu, pertanyaan seorang mahasiswa asal Rusia mengusik Jabeen yang sedang berkuliah di tahun ke-2. Mahasiswa tersebut bertanya apakah Jabeen benar-benar seorang muslim atau hanya sebatas identitas.

“Saat itulah ada yang berubah dalam diri saya menjadi lebih baik,” kata Jabeen yang kemudian mengambil kuliah di CTU bidang Inter-religious Dialogue. Tujuannya adalah ingin mempelajari Islam dan praktiknya dengan baik.

Saat kuliah, Jabeen mendapati dinamika praktik Islam dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat barat. Berbekal kemampuan dan pengetahuannya, Jabeen akhirnya bisa memahami aneka praktik keagamaan di kelompok masyarakat tersebut. Langkah ini menginspirasinya kuliah bidang psikologi, sambil tetap meneruskan pendidikan inter-religious dialogue.

Jabeen berharap bisa menjadi konselor setelah menyelesaikan pendidikannya. Setelah satu semester belajar di Trinity Christian College, Jabeen menghadapi masalah biaya kuliah. Dia tak ingin merepotkan ayahnya yang menanggung biaya pendidikan, namun menolak pulang ke India karena belum menyelesaikan pendidikan.

Saat itu, Jabeen terinspirasi mengikuti kakak laki-lakinya yang seorang anggota militer. Jabeen kemudian masuk militer dan bertugas dalam bidang kesehatan. Di sinilah Jabeen banyak bersinggungan dengan korps chaplain hingga tertarik menjadi anggotanya.

Sebagai anggota militer, Jabeen bangga bisa mengabdi pada Amerika yang dia sebut sebagai rumah sekaligus menggali Islam lebih dalam. Poin penting lainnya adalah Jabeen mampu memenuhi mimpi tersebut dengan usahanya sendiri. Alih-alih lemah, Jabeen justru menemukan Islam sebagai sumber kekuatannya saat menjadi kelompok minoritas, mengalami keterbatasan ekonomi, harus menyelesaikan pendidikan, dan menghadapi tantangan dalam militer.

Jabeen bersyukur pada Allah SWT atas semua keberhasilan yang diperoleh. Dia juga berterima kasih pada semua orang yang telah membantu secara fisik, mental, emosional, dan spiritual saat dirinya merasa lemah. Jabeen percaya semua muslimah bisa melakukan hal yang sama bahkan lebih baik.

Wanita dan Islam tidak seharusnya membuat seseorang menjadi lemah. Jika ada yang merasa lemah karena wanita dan Islam, maka kondisi tersebut sesungguhnya bisa diubah. Asal jangan menyerah, yakin pada ketetapan Allah SWT, dan berusaha yang terbaik maka wanita bisa menjadi apa saja yang diharapkan. (mb/detik)

Pos terkait