Soal Mengatasi Banjir Jakarta, Ahok Sebut Anies Lebih Pintar

Metrobatam, Jakarta – Banjir yang menerjang DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya pada awal Januari membuat masalah normalisasi sungai yang mandek menjadi perbincangan hangat. Perdebatan yang sempat muncul adalah normalisasi atau naturalisasi yang harus dilakukan?

Pemerintah selama ini menjalankan program normalisasi atau pelebaran sungai, salah satunya Ciliwung. Namun, program ini sempat mandek karena Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI belum juga membebaskan lahan. Sementara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih naturalisasi yang intinya sama yaitu pembebasan lahan, namun juga mengedepankan pengembalian fungsi alamiah lahan di sekitar sungai.

Nah, Basuki Tjahaja Purnama yang juga eks Gubernur DKI Jakarta diminta pendapatnya tentang normalisasi dan naturalisasi ini. Apa pendapat Ahok?

“Sudah banyak yang kasih masukan kok,” kata Ahok yang juga Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Selasa (14/1/2020).

Bacaan Lainnya

Dia pun percaya Anies Baswedan bisa mengatasi banjir di ibu kota, apalagi Pemprov DKI Jakarta memiliki program naturalisasi.

“Kita harus percaya, Pak Anies itu lebih pintar ngatasinya,” tegas dia.

Sebagai informasi normalisasi sungai dieksekusi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Balai Besar wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), dan Pemprov DKI di era kepemimpinan Gubernur Joko Widodo usai Jakarta dilanda banjir besar. Normalisasi dilakukan pada Desember 2012.

Dilansir dari situs Jakarta Smart City, normalisasi sungai adalah metode penyediaan alur sungai dengan kapasitas mencukupi untuk menyalurkan air, terutama air yang berlebih saat curah hujan tinggi. Normalisasi dilakukan karena mengecilnya kapasitas sungai akibat pendangkalan dan penyempitan badan sungai, dinding yang rawan longsor, aliran air yang belum terbangun dengan baik, dan penyalahgunaan untuk permukiman.

Dinas Tata Air DKI melakukan normalisasi sungai dengan cara pengerukan sungai untuk memperlebar dan memperdalam sungai, pemasangan sheetpile atau batu kali (dinding turap) untuk pengerasan dinding sungai, pembangunan sodetan, hingga pembangunan tanggul.

Dinas Kebersihan DKI mengeksekusi normalisasi lewat cara menjaga kebersihan sungai sehingga sungai dapat difungsikan sebagai air baku. Ada 13 sungai yang melintasi Jakarta yakni Sungai Ciliwung, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Baru Barat, Mookevart, Baru Timur, Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung.

Normalisasi diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030.

Selanjutnya tentang naturalisasi, seperti apa konsep naturalisasi sungai yang diusung Anies Baswedan? Klik halaman selanjutnya

Bagaimana dengan naturalisasi? Bila merujuk ke pernyataan Gubernur Anies, naturalisasi bermakna sama dengan normalisasi dalam hal membuat aliran air di sungai menjadi baik. Namun naturalisasi juga meliputi penjagaan ekosistem di daerah aliran sungai.

“Bayangan saya, Pak Gubernur ingin mengembalikan fungsi bantaran sungai sebagai daerah resapan air, kawasan hijau, dan mengembalikan ekosistem sebagaimana kondisi alamiahnya lagi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Adji kepada detikcom, Kamis (8/2/2018).

Kondisi natural daerah aliran sungai bisa jadi sudah hilang di zaman sekarang. Misalnya dulu di pinggir sungai ada kebun, sekarang menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima. Dulu banyak pohon, sekarang sudah tak lagi ada pohon. Termasuk, kondisi natural pinggiran sungai dulu adalah tanah dan sekarang sudah menjadi beton.

Bila normalisasi sungai sering dieksekusi lewat pembangunan dinding turap di pinggir sungai, maka naturalisasi tidak dieksekusi dengan cara demikian. Isnawa menilai dinding turap bisa mematikan ekosistem alamiah di pinggiran sungai. Padahal sebenarnya sungai, Kali Ciliwung misalnya, punya banyak flora dan fauna, di dalam sungai maupun di pinggirannya.

“Sejak Ciliwung mulai bersih, informasi yang kami terima dari Gerakan Ciliwung Bersih, sekarang sudah mulai muncul hewan-hewan mulai dari burung-burung, kupu-kupu, dan sebagainya,” kata Isnawa.

Di daerah aliran sungai Ciliwung, kata dia terdapat kura-kura, biawak, ular, dan tentu saja ikan. Demikianlah kondisi natural Ciliwung. Selain itu, naturalisasi juga bermakna menggerakkan masyarakat bantaran kali untuk menjaga ekosistem sungai. (mb/detik)

Pos terkait