Gangguan di Indonesia Disebut Sebagai Akibat Rasa Kurang Bersatu

Metrobatam, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut Indonesia mengalami gangguan akibat ketidakadilan dan kurang rasa persatuan yang tidak dimiliki masyarakat.

Mahfud bicara demikian saat menjadi pembicara di acara Bincang Seru Mahfud yang digelar di Aula Purnomo Prawiro, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (17/2).

“Saat ini, gangguan kita adalah kekurang bersatuan kita. Gangguan kita adalah kekurang bersatuan kita,” kata Mahfud.

Gejala ini, kata dia, ditandai dengan sikap intoleransi yang kian hari kian banyak terjadi. Ditandai dengan sikap tak mau menerima perbedaan antara satu orang dengan yang lain atau satu kelompok dengan kelompok lain.

Bacaan Lainnya

“Kalau di dalam bahasa agama itu, menganggap orang yang berbeda itu adalah musuh adalah orang yang punya sifat takfiri. Takfiri adalah orang yang menganggap orang lain kafir, salah, berbeda,” kata Mahfud.

Sikap takfiri, lanjutnya, semakin banyak bermunculan dan diidap masyarakat. Dari mulai pembicaraan soal keyakinan, pembangunan rumah ibadah yang menimbulkan pertentangan, dan berbagai kejadian lain yang banyak terjadi di masyarakat.

Tak hanya soal intoleransi, gangguan lain yang juga tengah terjadi di masyarakat Indonesia saat ini adalah soal ketidakadilan. Ketidakadilan, kata dia, jelas tengah menggerogoti masyarakat.

“(Bangsa Indonesia saat ini) Bersatu tidak, adil juga tidak,” kata Mahfud.

Lebih lanjut, Mahfud mengaku pernah menyusun sebuah teori berdasarkan sejarah-sejarah kehancuran pemerintahan pada masa kerajaan terdahulu.

Kata dia, proses kehancuran negara atau kerajaan yang tidak adil ditandai dengan empat hal. Empat hal ini berupa disorientasi, distrust, disobedients, dan disintegrasi.

“Itu sebuah negara yang tidak adil dan tidak bersatu itu bisa disebut sebagai negara yang disorientasi, menyimpang dari orientasi yang seharusnya. Dari tujuannya,” kata Mahfud.

Menurut dia, jika proses disorientasi ini terus menerus terjadi maka akan muncul ketidakpercayaan publik atau distrust. Negara dalam hal ini pemerintah yang tidak adil tak akan lagi dipercaya oleh rakyat.

“Kalau rakyat tidak percaya kepada pemerintah dan kelangsungan negaranya maka akan terjadi disobedients, artinya pembangkangan. Orang melawan,” katanya.

Hal ini kemudian akan berlanjut pada disintegrasi jika perilaku disobedients terus terjadi.

“Itu sejarah, perkembangan bangsa-bangsa di dunia selalu hancur dengan cara ini,” kata Mahfud.

“Hancurnya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dulu pernah berjaya, sebutlah apa saja. Majapahit, Mataram, Demak dan sebagainya. Sriwijaya itu hancur karena disorientasi, distrust di tengah-tengah masyarakat, disobedient, dan juga terjadi disintregasi,” jelasnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait