Standarisasi Dai, MUI Minta Pendakwah Jauhi Isu Kontroversial

Metrobatam, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerapkan standarisasi dai bagi para pendakwah. Salah satu isinya, para dai diminta menjauhi isu-isu kontroversial yang menimbulkan perdebatan.

“Kita jangan masuk di ranah yang kontroversi, debatable, sementara waktunya enggak sempat untuk mengulas di layar (televisi),” kata Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Cholil Nafis dalam acara Standarisasi Kompetensi Dai di Kantor MUI, Jakarta, Kamis (5/3).

“Sehingga menimbulkan kurang nyaman, kontraproduktif, yang harusnya jadi dakwah malah jadi kebencian, karena dianggap menyinggung salah satu pihak,” lanjutnya.

Cholil mengatakan standarisasi ini dibuat agar setiap dai memiliki paradigma yang sama. Menurut dia, standarisasi ini bukan bermaksud untuk membatasi dai berdakwah di televisi.

Bacaan Lainnya

“Tapi di saat bersamaan, kami juga tidak ingin Tv atau publik disuguhi dengan ustaz yang tidak layak untuk menyampaikan (dakwah) di layar,” ujar Cholil di acara yang dihadiri sekitar 80 dai yang sering tampil di televisi.

Dalam standarisasi ini, menurut Cholil, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, standarisasi ini bertujuan untuk melindungi umat.

Menurutnya, jangan sampai dai tidak memahami atau mengerti tentang ilmu agama. Cholil mengatakan dai tak boleh menyesatkan umat.

“Karena biasanya, saking banyaknya undangan lupa belajar, tapi di depan publik ketika ditanya, itu enggak mungkin enggak jawab, takut dikira bodoh,” jelasnya.

Standariasi Dai, MUI Minta Pendakwah Jauhi Isu KontroversialIlustrasi umat Muslim mendengarkan ceramah di masjid. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Kemudian, yang kedua, MUI juga perlu menyatukan persepsi di antara para dai bahwa dalam berdakwah ini memiliki tujuan yang sama, meskipun menurutnya, di antara para dai juga memiliki perbedaan dalam gaya menyampaikan dakwah.

Selain itu, Cholil mengingatkan agar perbedaan gaya dalam berdakwah tidak membuat para dai malah menjadi saling serang. Sebab, menurutnya, tidak sedikit ditemukan kasus saling sindir antardai.

Cholil menambahkan, para dai selain menyebarkan ilmu agama juga diminta menyampaikan dakwah-dakwah yang berhubungan dengan kehidupan kebangsaan.

Terakhir, MUI berharap dengan standarisasi ini para dai bisa menyatukan langkah bersama dengan bidangnya masing-masing. Standarisasi ini diharapkan agar dakwah tersebut dapat tersampaikan, terealisasi kepada umat.

“Tiga hal ini lah yang kami sebut namanya standarisasi dai. Kami tidak menghalangi, tapi gmn kita melakukan tiga hal itu untuk melindungi umat,” ujarnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait