Virus Corona di Tubuh Akan Mati Setelah 7 Jam Pasien Meninggal

Metrobatam, Surabaya – Hilangnya virus saat seseorang meninggal masih menjadi perdebatan apakah masih bisa menular atau tidak, terlebih di tengah pandemi virus corona saat ini.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Departemen dan SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr Soetomo Surabaya dr Edy Suyanto SpF SH MH mengatakan jika setelah 7 jam pasien meninggal, virus juga akan mati. Karena virus itu suatu bakteri yang tidak bisa hidup mandiri.

Menurutnya, virus itu merupakan suatu bakteri yang tidak bisa hidup mandiri. Sebab virus itu akan hidup pada tubuh yang bernyawa.

“Ketika dia (virus) mau melakukan pembelahan atau berkembang biak dia harus cari inang. Karena virus itu namanya RNA ndak punya DNA. Nah DNA adanya di manusia dan hewan,” kata Edy saat dihubungi detikcom, Selasa (31/3/2020).

Bacaan Lainnya

“Kalau inangnya mati virusnya juga ikut mati, karena makannya di situ,” ujarnya.

Oleh karena itu, untuk jenazah positif virus corona harus segera mungkin dimakamkan. Sebab, dikhawatirkan selama tubuh jam setelah meninggal, virus itu masih ada di tubuh jenazah.

“Karena dikhawatirkan tujuh jam setelah jenazah meninggal itu potensi virus itu tinggal. Tapi kalau sudah lama (lebih dari tujuh jam) tidak mungkin (masih ada virus),” jelasnya.

Menurutnya, potensi untuk tertular virus bisa saja terjadi. Sebab, jenazah yang baru meninggal akan mengeluarkan cairan dari tubuh. Hal ini tidak hanya berlaku bagi jenazah yang sebelumnya terdeteksi virus corona, pasien HIV/AIDS dan H5N1 atau flu burung yang meninggal pun harus sesuai protokol.

“Jenazah mengeluarkan cairan di tubuh, dari mulut, hidung dan lainnya itu yang potensi kalau ada seseorang, keluarga atau masyarakat mendekat atau menempel,” tuturnya.

Dia menyarankan agar jenazah segera mungkin dimakamkan. Terlebih tidak mengawetkan jenazah.

“Masalahnya di Indonesia ada macam-macam agama, kalau yang hindu langsung dibakar tapi kalau muslim dimandikan. Nah itu boleh selama petugas menggunakan masker, kaos tangan, mantel dan sepatu booth. Bukan APD seperti dokter yang masih merawat. Kan kontaknya kaki tangan badan. Artinya tidak kontak cairan jenazah,” urainya

Sebelum dimakamkan, jenazah yang meninggal di rumah sakit juga dibungkus plastik terlebih dulu dan dimasukkan ke dalam peti. Hal ini dikhawatirkan ada cairan yang keluar, maka petugas makam harus safety saat menguburkan.

“Khawatir cairan tubuhnya masih ada kontak sama petugas makam. Nanti kalau sudah dimakam dibuka petugas makam juga pakai perlengkapan masker, kaos tangan, mantel dan sepatu booth. Malah yang saya khawatirkan itu orang yang mengantar, takziah terlalu lama bergerombol itu berbahaya,” pungkasnya. (mb/detik)

Pos terkait