BMKG Keluarkan Peringatan Peningkatan Aktivitas Gempa di Zona Bengkulu-Lampung

Ilustrasi Gempa (foto: Net)

Metrobatam.com, Jakarta – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi peningkatan aktivitas gempa signifikan di Samudra Hindia selatan Bengkulu-Lampung dalam tiga bulan terakhir, untuk itu warga khususnya pesisir Bengkulu, Lampung dan Pulau Enggano diimbau meningkatkan kewaspadaan.

“Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudra Hindia selatan Bengkulu dan Lampung saat ini memang sedang terjadi peningkatan aktivitasnya sejak tiga bulan terakhir,” kata Koordinator bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, sejak November 2020, telah terjadi 16 kali gempa signifikan dengan kekuatan magnitudo di atas 5,0 yang mengguncang zona gempa selatan Bengkulu-Lampung. Tercatat gempa terbaru dengan magnitudo 5,1 yang mengguncang Bengkulu pada Kamis (18/2) pukul 17.43.09 WIB.

Pada peta seismisitas di Samudra Hindia selatan Bangkulu dan Lampung tampak klaster pusat-pusat gempa yang mencolok, dengan gempa paling kuat yaitu Gempa Enggano magnitudo 6,3 pada Rabu (10/2) pukul 19.52 WIB. Di zona tersebut juga terjadi gempa kembar (doublet earthquake) dengan magnitudo 5,3 dan 5,5 pada Sabtu (13/2) pukul 11.18 WIB dan 11.30 WIB.

Bacaan Lainnya

“Harapan kita semoga rentetan gempa signifikan yang mengguncang Bengkulu-Lampung ini segera berakhir, tetapi jika dalam beberapa hari ke depan masih berlanjut maka kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, khususnya masyarakat pesisir Bengkulu, Lampung dan Pulau Enggano,” katanya.

Karena itu, evakuasi mandiri harus benar-benar dipahami oleh masyarakat pesisir dengan menjadikan guncangan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Sehingga warga pesisir pantai harus segera menjauh dari pantai saat merasakan guncangan gempa kuat tersebut.

Cara ini terbukti dapat meminimalkan korban jiwa seperti yang dilakukan masyarakat Pulau Simeulue, Aceh dengan warisan kearifan lokal yang disebut “smong” yang sudah ratusan tahun diterapkan dalam menghadapi tsunami.

Menurut Daryono, smong sepatutnya diadopsi oleh masyarakat yang bermukim di pantai rawan tsunami.

“Meskipun kita kemungkinan juga akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa gempa kuat yang terjadi belum tentu memicu tsunami, tetapi inilah kesiapsiagaan yang harus dilakukan agar kita dapat selamat dari tsunami,” tambah dia.

Selain wilayah Bengkulu dan Lampung, beberapa zona aktif gempa yang perlu dicermati berdasarkan data aktivitas seismisitas sejak 1 Januari 2021 maupun berdasarkan aktivitas seismisitas 20 hari terakhir yaitu Aceh, Nias, Selatan Jawa, Lombok, Sumbawa, Sumba, Luwu Timur, Morowali, Bolaang Mongondow, dan Laut Maluku.

Zona aktif ini masih dapat terus berlanjut, yang memungkinkan dan berpotensi terjadi gempa signifikan atau berakhir dan membentuk klaster zona aktif baru.

(antara)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *