Kisah Bocah SD di Agam Rawat Ayahnya yang Sakit Stroke hingga Meninggal

Ayu

METROBATAM.COM. Agam – Kehidupan bocah perempuan yang masih berusia 12 tahun di Balai Panjang, Jorong 3 Kampuang Gadut, Agam, Sumbar bernama Ayu, jauh dari keberuntungan. Gadis yang masih belia itu harus merawat sang ayah yang sudah tujuh (7) tahun ini menderita stroke seorang diri hingga ayahnya meninggal dunia, pada hari Minggu (2/5/21) kemarin.

Seorang bocah SD 12 tahun bernama Ayu tidak seperti kebiasaan umum anak-anak seusianya. Ketika pulang sekolah, biasanya anak-anak akan bermain di luar, namun tidak bagi bocah ini.

Sedangkan ibunya pergi entah dimana rimbanya, pergi meninggalkan anak-anaknya, setelah tau ayahnya terkena penyakit Stroke 7 tahun lalu, Ayu kini duduk  di kelas VI Sekolah Dasar.

Rio Febrian, panggilan ayahnya, sudah dua kali terkena serangan penyakit stroke. keinginannya untuk sembuh,  berbagai macam obat dan pola hidup sehat sudah dijalaninya, semasa dia hidup, saat terkena serangan stroke pertama, hingga tutup usia, namun tuhan berkehendak lain, dia dipanggil sang Khalik, meninggalkan orang yang dia sayangi termasuk Ayu putri bungsunya yang baru berusia 12 tahun.

Bacaan Lainnya

Tiap hari pemandangan anak dan bapak itu menghiasi teras rumahnya, termasuk saat tidur di Malam hari. Semasa hidup, kemana pun ayahnya pergi Ayu selalu mendampinginya, sebelum ibunya pergi lima tahun yang lalu.

Ayu dengan sabar merawat ayahnya, hingga tidak mempunyai waktu untuk bermain dengan teman sebayanya, ayahnya mengalami sakit stroke pada kedua kakinya, untuk kebutuhan sehari-harinya, Ayu dan ayahnya bersandar kepada kakak laki-laki nya yang hanya bekerja sebagai buruh bengkel motor.

“Bapak sakit dan ibu pergi entah kemana, ibu pergi tanpa pamit ke kami,” dengan mata berkaca-kaca Ayu yang didampingi Devi, Bibinya menceritakan perjalanan hidupnya saat ditemui awak media ini di kediamannya. Selasa, (4/05/21).

“Sampai penyakit stroke  yang ke dua ini dia tidak bisa beraktivitas layaknya orang normal,” ungkap Bibinya.

“Penyakit yang diderita semakin parah dan hampir membuat sekujur tubuh pria yang dahulunya berprofesi Tukang Becak, nyaris tidak bisa digerakkan,” ujar Bibinya.

Setiap harinya ia hanya menemani sang ayah yang lagi sakit dan jarang bisa bermain dengan teman seusianya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hanya abangnya lah membanting tulang. karena saat ini nenek Ayu pun terbaring sakit semenjak Bulan Oktober,” kata Bibinya.

Ayu termasuk siswa yang berprestasi di sekolahnya, dengan rasa sedih yang mendalam Ayu menunjukan ke awak media ini, nilai-nilai Raportnya.

Saat dikonfirmasi ke Guru sekolahnya, Guru-guru di Sekolah Ayu membenarkan keadaannya, “Ayu anak yang pintar, walau ayahnya sakit, seperti itu tapi sekolah tetap jadi juara,” ujar Gurunya.

“Kami hanya bisa berharap ada bantuan dari pemerintah setempat untuk kebutuhan hidup dan masa depan Ayu, setelah sang ayah dipanggil sang Khlaik,” ungkap Gurunya.

Devi, bibinya berharap Ayu yang kini duduk di bangku  kelas VI SD tetap bisa melanjutkan pendidikannya.

Hanya, Ayu yang bisa menghibur ayahnya dalam keseharian nya semasa sang ayah masih hidup, kata Bibinya berurai air mata.

Devi, Bibinya Ayu tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk Ayu kedepan. karena Ayu masih usia sekolah dan membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikannya, apalagi saat ini Devi berdomjsili di Pekanbaru. (basa)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *