Mengenal 3 Varian Baru Virus Corona

(Petugas kesehatan mengambil sampel tes cepat Antigen dari seorang pedagang yang beraktivitas di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali, Sabtu (19/6/2021). Pemerintah Kota Denpasar menggelar tes cepat Antigen di ruang publik untuk mengantisipasi terjadinya kasus varian baru COVID-19. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.)

METROBATAM.COM. JAKARTA – Lonjakan kasus positif COVID-19 paska libur lebaran terus terjadi. Lonjakan kasus paling menonjol terjadi di Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Jawa Timur.

Di tengah lonjakan itu, pemerintah mengumumkan telah ditemukan tiga varian baru virus Corona. Tiga varian baru itu adalah Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), dan Delta (B.1.617.2). Varian adalah virus yang dihasilkan dari mutasi.

“Mutasi adalah terjadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri sehingga bentuk virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain,” kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito.

Hingga Jumat (18/6/2021), tiga varian baru itu telah ditemukan menyebar ke 12 provinsi Indonesia. Jumlahnya mencapai 145 kasus. Jumlah ini didapat dari hasil pemeriksaan terhadap 1.989 sekuens genom virus corona.

Bacaan Lainnya

Lalu apa ciri masing-masing varian itu?
1. Varian Alpha
Varian ini pertama kali ditemukan di Inggris. Varian ini disebut lebih menular, sekitar 50 persen, dibanding strain aslinya. Ciri lainnya penyebaran/transmisi varian ini lebih cepat dibandingkan varian lainnya.

Gejala varian Alpha tidak jauh berbeda dengan infeksi COVID-19 pada umumnya, yaitu:
– Batuk dan sakit tenggorokan
– Demam
– Kelelahan dan nyeri otot
– Hilang rasa dan indra penciuman
– Sesak napas
– Sulit berpikir jernih
– Pusing, malaise, dan mual

2. Varian Beta
Varian ini berasal dari Afrika Selatan. Virus ini pertama kali ditemukan pada Desember 2020. Varian ini punya pola mutasi berbeda. Varian ini sudah ditemukan di Bali pada Mei lalu.

Mutasi varian ini menyebabkan lebih banyak perubahan pada struktur protein spike milik virus corona. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, varian Beta diduga bisa memengaruhi penurunan efikasi vaksin COVID-19.

Sama seperti varian Alpha, varian Beta juga memiliki kemampuan penularan lebih cepat. Gejala yang ditimbulkan varian ini tidak jauh berbeda dengan infeksi COVID-19 pada umumnya, tetapi mutasi varian ini tergolong cukup berbahaya.

Mutasi pada varian Beta dapat meningkatkan peluang virus menghindari sistem kekebalan seseorang, dan dapat memengaruhi seberapa efektif vaksin virus corona bekerja.

3. Varian Delta
Varian ini pertama kali ditemukan di Maharashtra, India. Varian ini memiliki sejumlah karakteristik mutasi, yang membuat varian tersebut berbeda dan lebih berbahaya dibanding strain asli.

Menurut Ketua Tim Peneliti Whole Genome Sequencing (WGS) FK-KMK Universitas Gadjah Mada Gunadi, terdapat beberapa sebab yang membuat varian Delta dinilai lebih berbahaya.

Pertama, varian Delta berhubungan dengan usia pasien meskipun sudah divaksin dua dosis. “Semakin tua pasien COVID-19, maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut,” kata Gunadi.

Varian Delta diketahui dapat menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan akan memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal, seharusnya apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien akan mendapatkan antibodi secara alami.

Gejala varian Delta ini meliputi:
– Sakit perut
– Hilang selera makan
– Muntah
– Mual
– Nyeri sendi
– Gangguan pendengaran.

Pada 10 Mei 2021, WHO mengklasifikasikan virus ini menjadi variant of concern. Virus jenis ini juga termasuk salah satu virus yang paling mudah penularannya. Umumnya, orang yang terinfeksi varian ini dapat melakukan isolasi mandiri. (IP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *