METROBATAM.COM, NATUNA – Sejarah Tamadun Melayu dengan tema, “TRADISI TEPUNG TAWAR di KABUPATEN NATUNA“. Kebudayaan masyarkat Riau, pada umumnya memiliki tradisi yaitu tepuk tepung tawar.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Melayu. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat Melayu, setelah mereka merasakan nikmat dari Allah SWT, entah itu nikmat sehat, nikmat rizki dan nikmat-nikmat lainya.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini memiliki serta menggunakan bahasa, adat, dan kebudayaan Melayu. Riau memang kaya dengan adat dan tradisi,salah satunya ‘tepuk tepung tawar’. Tepuk tepung tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu Riau peninggalan para Raja-raja terdahulu.
Tepuk tepung tawar merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya suatu keinginan atau usaha, upacara ini dilakukan pada dua ketentuan,baik pada manusia maupun pada benda. Tepuk tepung tawar biasa di pergunakan dalam acara-acara tertentu.
Misalnya : pernikahan, menempati rumah baru, mengendarai kendaraan baru, khitanan, serta bentuk-bentuk dari luapan rasa kegembiraan bagi orang-orang yang mempunyai hajatan, atau semacam upacara adat yang sakral lainnya. Berdasarkan makna ritual tepuk tepung tawar bagi masyarakat Suku Melayu ada pepatah mengungkapkan “kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa melayu: ketik tepung tawo) belum sah (afdhal) acara yang dilaksanakan”.
Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi tepuk tepung tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu juga mengalami perubahan pada sebagian ritualnya. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan.
Perubahan makna yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu sebenarnya berkaitan juga dengan perubahan dari individu pendukung adat dan budaya itu sendiri. Tepuk Tepung Tawar bagi masyarakat Melayu merupakan simbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya dan menjunjung tinggi keberadaan Tepuk Tepung Tawar tersebut. Dengan demikian juga akan melanggengkan keberadaan Tepuk Tepung Tawar dalam kehidupan masyarakat.
Namun kenyataannya banyak dari acara Tepung Tawar yang berubah dalam pelaksanaannya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan makna. Perubahan makna tepuk tepung tawar tidaklah terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut masyarakatnya dan dengan demikian juga akan tercermin dari kebudayaan secara umum.
Akan tetapi dalam perjalanan waktu dan pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam konsep pikir dan pengetahuan masyarakatnya, maka kebudayaan kemudian mengalami perubahan. Sekapur sirih atau tepuk tawar ada berbagai macam diantara tepuk tawar untuk acara pernikahan, khatam, beradam, syukuran, peresmian dan kelahiran.
Penulis memilih tepuk tawar untuk kelahiran dikarenakan acara tersebut sering di jumpai. Banyak masyarakat yang percaya dengan diadakannya acara tepuk tawar untuk kelahiran tersebut berguna untuk mendoakan seseorang atau ungkapan luapan kegembiraan untuk orang-orang yang mempunyai hajat atau upacara adat.
Natuna merupakan kabupaten yang terletak di provinsi kepulauan Riau, Indonesia. Ibukotanya adalah Ranai. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Pada Kabupaten Natuna terdapat 17 kecamatan , 7 kelurahan dan 70 desa. Pada Kecamatan Bunguran Selatan terdapat 4 desa yaitu Cemaga, Cemaga Selatan, Cemaga Tengah dan Cemaga Utara. Penulis memilih judul nilai-nilai Pendidikan islam dalam tepuk tawar di desa Cemaga karena di daerah ini adat atau perayaan tepuk tawar masih sangat kental dan belum termodernisasi oleh zaman.
Tepuk tawar merupakan acara selamatan atas kelahiran bayi dan sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Tepung tawar dilakukan pada momen-momen tertentu seperti kelahiran bayi, khitanan, pindah rumah baru, prosesi pernikahan, sembuh dari sakit dan lain sebagainya. Ritual Tepung Tawar juga, menjadi hal yang sangat penting untuk kehidupan masyarakat Natuna.
Yaitu sebagai bentuk ketaatan terhadap leluhur yang memiliki sejarah panjang. Bagi orang Melayu, Tepuk Tepung Tawar merupakan adat yang “harus” dilaksanakan. Mereka memiliki pepatah yang mengungkapkan “Kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa Melayu: tepung tawo) belum sah (afdal) acara yang dilaksanakan.
Adapun nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi tepuk tepung tawar yaitu:
1. Daun-daunan (daun setawar, ganda rusa, kalinjuang, ribu-ribu) yaitu mendinginkan hati, pikiran, dan hawa nafsu yang menyalah.
2. Bedak sejuk yaitu dimaknai penyejuk hati.
3. Beras putih yaitu kesucian hati, lahir dan batin.
4. Beras kuning yaitu diberi kemurahan rezeki.
5. Bertih yaitu sepenanggungan dalam hidup sekeluarga dan satu kampung.
6. Bunga rampai yaitu kesucian dan tulus hati.
7. Air pecung yaitu mengharumkan nama keluarga.
8. Daun inai yaitu kerukunan dan kesetiaan dalam berumah tangga.
9. Baju kurung cekak musang setelan warna kuning (penobatan sultan dan kaum bangsawan) yaitu melambangkan pemerintahan dan kebesaran.
10. Baju melayu yaitu melambangkan identitas melayu.
11. Daun perenjis yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan.
12. Bertih, beras basuh, beras kunyit dan bunga rampai yaitu agar bertunas, berkembang dan berjaya dalam rumah tangga.
13. Daun inai yaitu agar tetap bahagia sentosa.
14. Melihat atau memperlakukan siapa yang akan ditepung tawari, posisi, jarak, dan cara si penepuk tepung tawar, serta sikap melangkah ketempat semula yaitu menghargai status seseorang sebagai bangsawan.
15. Perlakuan status anak/cucu yaitu menghargai seseorang sebagai anak/cucu.
Nilai-nilai Pendidikan islam yang terdapat dalam upacara adat tersebut adalah Pertama, Nilai Keimanan. Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi kehidupan. Sikap dan aktivitas keseharian (Qardawi, 2010) Al- Ghazali
Mengatakan iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan (Zaenudin, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut maka bisa diambil kesimpulan bahwa penanaman nilai keimanan pada adat tepuk tawar kelahiran bayi adalah adanya pengakuan dan pelafalan dalam pembacaan doa dan shalawat. Keimanan juga dimaksud adalah percaya bahawa Allah SWT memberikan karunia atas kelahiran anak. Dan sebagai wujud syukur atas kelahiran anak tersebut bisa dilihat dari diadakannya perayaan tepuk tawar.
Artikel ini di Susun oleh Wan Meilisa Amriana Mahasiswi STAI Kabupaten Natuna, Mata Kulaih Sejarah dan Tamadun Melayu, dengan dosen pengampu H.Umar Natuna S.Ag., M.Pd.I
(Rdp)














