‘Golkar Gali Kuburan Sendiri Jika Pilih Titiek Soeharto’

Metrobatam, Jakarta – Saat Partai Golkar ingin memperbaiki citra akibat terjeratnya Setya Novanto, sang ketua umum, menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP, Siti Hediyati Hariyadi alias Titiek Soeharto (57), putri keempat Presiden RI kedua Soeharto, mengajukan diri sebagai salah satu calon penggantinya. Namun, citra Orde Baru dan Keluarga Cendana diprediksi akan membuat ‘Beringin’ malah makin terpuruk jika Titiek terpilih.

Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia Adi Prayitno mengungkapkan, harapan Titiek itu bisa jadi kontraproduktif bagi Golkar sendiri. Sebab, keberadaan Titiek tak bisa dilepaskan dari citra Orde Baru dan Keluarga Cendana. Sementara, Orde Baru kadung lekat dengan persoalan korupsi. Dan itu tak beda dengan Novanto.

Menurut Adi, citra tersebut akan membuat Titiek sulit mendapat banyak dukungan di internal partai. Terlebih, saat ini suara di internal partai yang menginginkan peningkatan elektabilitas Partai Golkar melalui pemilihan ketua umum yang miskin adalah masalah sedang nyaring digaungkan. Peluang keterpilihannya di musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Partai Golkar pun disebut terbilang kecil.

“Kecuali kalau Golkar mau menggali kuburannya sendiri dengan berspekulasi memilih Titiek sebagai ketua umum,” cetus Adi melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Minggu (10/12) malam.

Bacaan Lainnya

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menambahkan, dinamika di internal Golkar cenderung dinamis, termasuk dalam pemilihan ketua umum. Menurutnya, ketua umum berikutnya adalah orang yang selama ini tidak dekat dengan Novanto. Dan nama Titiek termasuk dalam kategori itu.

“Artinya Titiek punya kans dan bisa jadi kuda hitam atau figur alternatif,” ucapnya.

Meski demikian, Titiek, yang juga wakil ketua Dewan Pakar Partai Golkar, akan berhadapan dengan kelompok yang tidak akan mendukungnya. Mereka adalah loyalis Golkar yang ingin posisi Ketua Umum diisi tokoh yang selama ini berperan penting dalam memajukan partai. Sementara, sebagian pihak masih mempertanyakan peran Titiek bagi kemajuan partai.

“Karena apa kontribusinya terhadap Golkar selama ini? Pasti suara grassroot dan pengurus DPD Golkar mempertanyakannya,” cetus Pangi.

Pangi melihat, ada dua kandidat kuat calon Ketua Umum Partai Golkar. Yakni, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham.

Sementara, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie menyebut, ada enam nama yang diprediksi bakal mencalonkan diri sebagai pengganti Setnov di kursi Ketua Umum. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Azis Syamsuddin, Idrus Marham, Priyo Budi Santoso, Wisnu Suwardhono, dan Titiek Soeharto.

Evaluasi Dukungan pada Jokowi

Jika Titiek yang terpilih, lanjut Pangi, pencalonan Jokowi di Pemilu Presiden 2019 kemungkinan akan dievaluasi. Walaupun Golkar masih ingin tetap di dalam pemerintahan, perubahan dukungan itu dimungkinkan akibat dinamika di internal partai yang tinggi. Terlebih, sebagian kader juga ada yang mendukung evaluasi dukungan di Pilpres itu.

“Kalau Titiek menjadi ketua umum Golkar, bukan tidak mungkin peta dukungan Golkar akan berubah,” tutur Pangi. “Itu artinya Jokowi belum aman,” imbuh dia.

Adi menimpali, potensi perubahan dukungan itu terkait Titiek yang pernah menjadi istri pesaing Jokowi di Pilpres 2014, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. “Apalagi Titiek memiliki hubungan yang tak biasa dengan Prabowo,” tambahnya.

Terpisah, Titiek di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/12), tidak khawatir dengan stigma Orde Baru jika ia terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar. Baginya, era Orba memiliki keuntungan tersendiri yang dirindukan sejumlah pihak.

“Ya terserah yang mau nilai bagaimana, emang nyatanya orang-orang (bilang) enakan zaman Orde Baru kan?” klaimnya.

Terlepas dari itu, Titiek siap berkompetisi dengan siapa pun, termasuk dengan Airlangga. Keinginannya untuk maju didasari kondisi partai yang tengah memprihatinkan dan terpuruk.

“Insya Allah (maju). Kami sangat prihatin, saya, keluarga Pak Harto, bersama saudara-saudara saya, kami sangat prihatin apa yang terjadi di Golkar saat ini,” tutupnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait