Ini Sederet Karya Besar BJ Habibie Majukan Industri Penerbangan RI

Metrobatam, Jakarta – Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie berperan besar memajukan industri dirgantara Indonesia. Berbagai karya besar telah berhasil diciptakan berkat kejeniusan pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfian Goentoro menuturkan, ada sejumlah kontribusi besar peninggalan Presiden ke-3 Republik Indonesia dalam dunia dirgantara tanah air. Selain pendiri PT DI dia juga berhasil membuktikan diri bahwa Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri.

“Rekam jejak beliau, di samping pendiri PT DI yang berdiri 24 Agustus 1976. Beliau membuat terobosan bahwa produski (pesawat) itu dilakukan dari assembling sampai kita bisa mendesain pesawat sendiri,” ujar Elfian, saat ditemui di kantor PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (11/9/2019).

Sejumlah peninggalan besar dalam bidang dirgantara untuk bangsa dimulai dari pembuatan pesawat NC 212-100 yang kini telah berhasil dikembangkan menjadi NC 212 I. Pesawat itu mampu mengangkut penumpang sebanyak 24 orang dan merupakan salah satu produk andalan PTDI.

Bacaan Lainnya

“Sekarang menjadi NC 212 I itu, sudah autopilot yang masih andalan produk PTDI. Pesawat berpenumpang 24 itu adalah salah satu rekam jejak beliau,” Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfian Goentoro saat ditemui di kantor PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (11/9/2019).

Kemudian, ada juga pengembangan pesawat CN 235 di mana setengah bagian dari pesawat itu dirancang bangun oleh putra putri bangsa di bawah komando BJ Habibie. Sementara sebagian lagi dibuat oleh perusahaan pembuat pesawat terbang asal Spanyol, Casa.

“Di dunia sudah ada 283 pesawat CN235. Itulah kontribusi awal bagaimana putra putri bangsa di Indonesia,” ucapnya.

Paling membanggakan adalah rancang bangun pesawat N250. Pesawat karya anak bangsa itu menggunakan teknologi fly by wire dan sempat berhasil terbang di langit Indonesia.

Namun sayang proyek pesawat N 250 gagal diteruskan karena pada tahun sekitar 1998-1999 Indonesia mengalami krisis moneter sehingga IMF memutuskan untuk menghentikan proyek tersebut.

“Kalau itu terus, mungkin Pesawat ATR tidak sebanyak ini dan N250 yang berterbangan di Indonesia. Sayang waktu itu negara kita dilanda krisis. Oleh IMF proyek itu diberhentikan,” katanya.

Meski kini BJ Habibie telah berpulang, pihaknya bersama semua elemen di PTDI akan tetap membawa semangat beliau. Akan terus berupaya memajukan industri dirgantara dalam negeri agar bisa semkin berkembang ke depannya.

“Kita sebagai penerus memiliki semangat beliu. Terus bagaimana mengembangkan PTDI ini. Alhamdulillah dengan kemampuan sendiri sekarang bisa rancang bangun N219. Insya allah tahun ini tahap sertifikasi selesai dan tahun depan sudah mulai bisa diproduksi,” ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfian Goentoro saat ditemui di kantor PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (11/9/2019).

BJ Habibie menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019) pukul 18.05. Dia meninggal pada usia 83 tahun. Sejumlah pihak menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu putra terbaik Indonesia. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *