Batan: RI Sudah Siap Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Metrobatam, Jakarta – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah siap untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Tetapi dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang disusun pemerintah, nuklir menjadi pilihan terakhir untuk dikembangkan sehingga pembangunan PLTN belum dapat dimulai.

Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak ahli nuklir yang belum terpakai kemampuannya. Djarot yakin para ahli nuklir dari Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia (UI) mampu membangun dan mengelola PLTN dengan baik.

“Dari sisi Batan, kita menyatakan bahwa Indonesia siap. Kita itu mempunyai beberapa perguruan tinggi di bidang nuklir seperti di UGM, ITB, dan UI, terutama masalah proteksi dari radiasi. Mereka akan mendukung dari sisi SDM (sumber daya manusia),” kata Djarot dalam diskusi di Russian Center of Science and Culture, Jakarta, Selasa (11/10).

Dia menambahkan, Batan telah melakukan studi ke beberapa tempat. Hasilnya, disimpulkan bahwa ada banyak daerah di Indonesia yang tidak rawan gempa sehingga aman untuk PLTN, misalnya Jepara, Bangka, Batam, dan Kalimantan.

Bacaan Lainnya

“Dari sisi lokasi kita sudah melakukan studi tapak di beberapa lokasi, tinggal pilih. Yang sudah kita lakukan studi tapak itu di Jepara, Bangka. Yang punga keinginan itu di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Otorita Batam. Ada daerah-daerah yang rawan gempa seperti di Jawa, Sumatera Barat, Aceh. Tapi ada juga yang frekuensi gempanya rendah seperti di Kalimantan, Bangka, dan Batam,” paparnya.

Beberapa negara, di antaranya adalah Rusia, Jepang, dan China, telah menawarkan kerja sama pengembangan PLTN di Indonesia. “Kalau dari sisi teknologi, kita bisa mengadopsi misalnya dari Rusia, Jepang, atau mungkin China,” ungkapnya.

Untuk meminimalkan risiko, Indonesia bisa memilih teknologi dari berbagai negara yang sudah menawarkan kerja sama. Djarot menggarisbawahi bahwa jika ingin membangun PLTN, Indonesia harus memilih teknologi yang paling mutakhir, tahan gempa dan tsunami.

“Kita belajar dari Fukushima. Yang harus kita perhatikan, pilih teknologi yang mampu menghadapi tsunami dan gempa. Kedua, pilih teknologi paling mutakhir,” tegasnya.

Pembangunan PLTN juga harus mendapat dukungan luas dari masyarakat setempat. Harus dilakukan sosialisasi mengenai manfaat dan risiko adanya PLTN di suatu wilayah. “Perlu keterbukaan pada publik. Selama didukung masyarakat dan pemda setempat, kita lebih mudah mensosialisasikan, termasuk kemungkinan terjadi keadaan darurat sehingga perlu mobilisasi,” tutupnya. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *