Tiap Tahun, 30 Orang Indonesia Berguru Nuklir ke Rusia

Metrobatam, Jakarta – Setiap tahun, 20-30 orang Indonesia dikirim ke Rusia untuk mempelajari teknologi nuklir di sana. Orang-orang Indonesia ini berasal dari berbagai instansi seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga lainnya.

“Setiap tahun kita mengirim 20-30 orang ke Rusia. Tidak hanya dari Batan saja, tapi juga dari Bapetan, beberapa univesitas, dan lembaga lain. Tujuannya untuk mengetahui seberapa kemampuan dan perkembangan nuklir di Rusia,” kata Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto, dalam diskusi di Russian Center of Science and Culture, Jakarta, Selasa (11/10).

Pengiriman orang-orang Indonesia ke Rusia ini merupakan hasil kerja sama antara Batan dan perusahaan nuklir asal Rusia, Rosatom. Rusia dinilai Batan sebagai negara yang cocok untuk belajar karena teknologi nuklirnya yang sudah sangat maju.

Indonesia pun memerlukan ahli-ahli nuklir yang dapat digunakan kemampuannya ketika sewaktu-waktu negara ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Bacaan Lainnya

“Kerja sama Rosatom dan Batan lebih ke arah capacity building, bagaimana SDM (sumber daya manusia) kita diberikan pengetahuan dan pengalaman karena Rusia punya beberapa PLTN. Jadi kita belum ke arah membangun PLTN,” kata Djarot.

Dia menambahkan, beberapa perguruan tinggi di dalam negeri juga sudah mencetak ahli-ahli nuklir. Bila suatu saat pemerintah memutuskan akan membangun PLTN, SDM yang dibutuhkan sudah siap.

“Kita itu mempunyai beberapa perguruan tinggi di bidang nuklir seperti di UGM (Universitas Gajah Mada), ITB (Institut Teknologi Bandung), dan UI (Universitas Indonesia), terutama masalah proteksi dari radiasi. Mereka akan mendukung dari sisi SDM,” ucapnya.

Saat ini, pembangunan PLTN belum dapat dilakukan. Sebab, Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang disusun pemerintah menyebutkan nuklir adalah sumber energi pilihan paling terakhir yang baru dikembangkan bila sumber-sumber energi lain tidak memungkinkan.

Meski demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan kepada Kementerian ESDM agar menyusun roadmap untuk pengembangan nuklir. “Itu tugas Kementerian ESDM, kita membantu saja dari sisi teknologinya apa, lokasinya dimana,” tutupnya. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *