Lima Negara Ini Siap Jadi Wajah Baru di Dunia Antariksa

Metrobatam, Jakarta – Kini, negara-negara di Asia tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan teknologi di bidang antariksa. Hal ini ditunjukkan oleh lima negara yang beradu kecanggihan teknologi yang mereka miliki.

Untuk urusan tersebut, China masih menjadi yang terdepan dibanding empat negara lain. Semenjak membentuk program luar angkasa pada 1960 silam, mereka terus mendominasi bidang ini di kawasan Asia.

Tercatat, China National Space Administration telah mengirimkan enam orang dalam misi luar angkasa sejak 2003. Selain itu, mereka juga mempunyai dua stasiun luar angkasa, yaitu Tiangong 1 dan Tiangong 2.

Rencananya, pada 2022 mendatang, mereka akan meluncurkan stasiun luar angka berikutnya bernama Tiangong 3, yang sejatinya direncanakan mengorbit pada 2015.

Bacaan Lainnya

Sayangnya, Tiangong 1 diperkirakan akan menghantam bumi antara Oktober 2017 dan April 2018 di lokasi yang tidak diketahui, berdasarkan laporan dari Outer Space Affairs of United Nations, seperti dilansir detikINET dari Forbes pada Minggu (22/10).

Meskipun begitu, hal tersebut seharusnya tidak menyurutkan perkembangan program luar angkasa China. Sebagai perbandingan, pada 1986, Space Shuttle Challenger milik Amerika Serikat meledak dan menewaskan tujuh orang didalamnya.

Di belakang China, India menguntit di urutan kedua. Sejak 1962, mereka mengembangkan program luar angkasa di bawah naungan Indian Space Research Organization.

Dalam pengerjaannya, mereka lebih fokus terhadap satelit dan komunikasi yang terjalin di dalamnya.

Saat peluncuran ke 39 dari Polar Satelite Launch Vehicle mereka pada Februari lalu, India berhasil menerbangkan 104 satelit sekaligus ke luar angkasa. Mereka pun telah melakukan pendaratan pertamanya di Bulan pada 2008.

Lalu, urutan ketiga ditempati oleh Jepang. Negeri Sakura sudah terlibat dalam pelaksanaan program luar angsaka sejak 1950an. Yang terbaru, mereka berniat melakukan misi menuju satelit alami Mars.

Sayangnya, program yang dikerjakan oleh Japan Aerospace Exploration Agency ini masih kekurangan stasiun luar angkasa dan tidak melibatkan manusia untuk dikirim kesana.

“Jepang seharusnya malu terhadap perkembangan China. Padahal mereka pemimpin di Asia, namun tidak untuk urusan luar angkasa. Kini mereka telah meluncurkan satelit komersil dan ilmiah dengan program penjelajahan planet terkini,” ujar Richard Bitzinger, Direktur Military Transformations Program di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura.

Korea Selatan turut meramaikan persaingan dalam pengembangan program luar angkasa melalui teknologi mumpuni dan keuangan yang kuat. Korea sempat meluncurkan kendaraan luar angkasa yang mengorbit di ketinggian rendah pada 2013.

Mereka pun merencanakan untuk melakukan peluncuran berikutnya. Korea Selatan juga gencar menjadi tuan rumah konferensi teknologi luar angkasa sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kapabilitas mereka.

Terakhir, nama Taiwan muncul ke permukaan. Sama seperti Korea Selatan, mereka juga mengedepankan teknologi tingkat tinggi dengan fokus utama pada satelit.

Pada Agustus lalu, satelit buatan mereka bernama Formosat 5 berhasil diluncurkan untuk mengawasi masalah lingkungan.

“Kini, kami tengah mengerjakan Formosat 7 yang dapat melacak tanda-tanda perubahan iklim,” tulis National Space Organization dalam sebuah publisis.

Taiwan sendiri menggambarkan satelit mereka sebagai anugerah bagi riset ilmiah global. Program ini juga mengembangkan kendaraan luar angkasa dengan tingkatan orbit yang berbeda-beda. Bahkan, Taiwan telah mengirimkan enam kendaraan luar angkasa sejak 1998 hingga 2010. (mb/detik)

Pos terkait