Gara-gara Harimau, 6 Petani Sumsel Terjebak Semalaman di Kebun

Metrobatam, Jakarta – Harimau Sumatera semakin sering tampak berkeliaran di sekitar kebun warga Dusun Tebat Benawa, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sebanyak enam orang petani terjebak di dalam pondok karena harimau tertidur di dekat kebun mereka, Jumat (6/12).

Hal tersebut dilaporkan oleh Jumadi (45) warga Jarai, Kabupaten Lahat yang memiliki kebun di Benawa kepada kepolisian setempat setelah mereka berhasil turun dari kebun. Jumadi menuturkan, awalnya tengah melakukan aktivitas di kebun seperti biasa. Namun petang sekitar pukul 16.00, seekor harimau mendekati kebun mereka hingga akhirnya harimau tersebut tertidur di lahan kebun.

“Harimau itu tidur dekat kebun cabai. Lihat itu kami tidak berani keluar pondok, kami berenam waktu itu. Menjelang malam ada dua harimau lagi datang mendekati yang satunya tadi. Kami benar-benar takut jadi diam di pondok semalaman,” ujar Jumadi.

Setelah harimau meninggalkan kebun mereka pada pagi hari, kelima petani tersebut pun segera memutuskan turun gunung khawatir harimau kembali mendekati kebun. Mereka khawatir karena sudah ada 1 korban luka dan 1 korban tewas akibat serangan harimau di kawasan tersebut.

Bacaan Lainnya

“Sepertinya tidak akan ke kebun dulu sampai polisi bilang aman. Takut ada apa-apa, karena kita kadang enggak tahu, tiba-tiba harimau itu sudah di dekat kita. Berkebun juga jadi was-was,” ujar dia.

Kapolsek Dempo Selatan Inspektur Satu Zaldi Jaya membenarkan adanya warga yang kembali melihat kemunculan harimau di sekitar kebun Dusun Tebat Benawa, Jumat (6/12). Pihaknya mendapatkan laporan dari warga sejak malam hari ada warga yang terjebak di pondok karena harimau berkeliaran.

Pihaknya bersama aparat TNI serta BKSDA segera melakukan evakuasi terhadap para petani tersebut keesokan harinya sekitar pukul 09.00

Selain laporan Jumadi dan kawan-kawan, Zaldi berujar, pihaknya pun menerima laporan dari Marwan, warga Desa Bukit Meringang Pagar Alam. Dari laporannya, Zaldi berujar, Marwan mengaku melihat harimau saat sedang melakukan pekerjaan irigasi pada Jumat (6/12) sekitar pukul 11.00.

“Warga melihat harimau itu melompati aliran air yang ada di sana. Beberapa warga sedang membuat saluran irigasi yang melihat. Setelah harimau pergi, mereka langsung melapor setelah melihat harimau itu,” ujar Zaldi.

Saat ini aparat gabungan terus melakukan patroli dan penyisiran di sekitar lokasi kejadian penyerangan untuk mengevakuasi para petani yang masih berada di kebun. Kebanyakan perkebunan warga di dua desa tersebut berjarak empat kilometer dari hutan lindung yang menjadi habitat harimau.

Pihaknya sementara waktu melarang warga untuk beraktivitas di kebun dan menjauhi lokasi untuk mencegah terjadinya penyerangan susulan.

“Sejauh ini sudah kita sosialisasikan untuk semua orang tidak berkebun dulu. Tapi banyak juga yang pendatang dari Lahat, Empat Lawang yang buka kebun di sini jadi kita tidak punya data siapa saja yang ada kebun di sini. Kendalanya itu,” ujar dia.

“Kita rutin patroli dan membuat papan peringatan. Kita imbau terus jangan sampai ada yang nekat ke kebun karena berbahaya,” tambah Zaldi.

Sementara Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Genman Suhefti Hasibuan berujar, berdasarkan analisis petugas dari kajian di lapangan ada 4 individu harimau yang telah menyerang serta terlihat oleh warga. Sebanyak tiga ekor harimau berkeliaran di Kantong Harimau Bukit Dingin dan seekor lainnya di kantong harimau Jambul Nanti Patah.

“Petugas sudah memasang kamera trap di sekitar lokasi kejadian penyerangan dan beberapa titik yang diindikasikan menjadi tempat perlintasan harimau. Namun sejauh ini kita belum dapat foto-fotonya,” ujar Genman. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait