Prabowo Sebut 99% Rakyat RI Hidup Pas-Pasan, Benarkah?

Metrobatam, Jakarta – Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto kembali menyinggung soal angka kemiskinan di Indonesia. Kali ini dia mengatakan bahwa 99% rakyat Indonesia hidup pas-pasan.

Hal itu diungkapkan Prabowo saat bertemu relawan emak-emak di Denpasar, Bali. Dia juga mengatakan bahwa data itu merupakan milik Bank Dunia (World Bank) dan lembaga internasional lainnya.

detikFinance, mencoba melihat data ter-update yang disajikan dari situs World Bank. Dari data yang berupa curva itu menunjukkan bahwa rasio jumlah masyarakat miskin pada garis kemiskinan nasional di 2017 adalah 10,6% dari PDB.

Rasio jumlah masyarakat miskin Indonesia menurut data Bank Dunia paling tinggi terjadi saat 1999 yaitu mencapai 23,4% terhadap PDB. Setelah itu cenderung menurun hingga 16% terhadap PDB pada 2005.

Bacaan Lainnya

Namun pada 2006 rasio jumlah masyarakat miskin Indonesia kembali naik menjadi 17,8% terhadap PDB. Setelah itu rasio jumlah masyarakat miskin Indonesia terus menurun.

Dalam data itu menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan nasional yang disajikan adalah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Estimasi nasional didasarkan pada estimasi subkelompok bertolak-ukur populasi dan survei rumah tangga.

Sebelumnya Prabowo yang mengatakan bahwa data 99% rakyat Indonesia miskin sudah diakui oleh Bank Dunia dan lembaga internasional lainnya. Mengutip data tersebut, Prabowo menyebut orang kaya di Indonesia tidak sampai 1 persen.

“Hasil ini adalah data, fakta yang diakui oleh Bank Dunia, oleh lembaga-lembaga internasional yang nikmati kekayaan Indonesia kurang dari 1 persen. Yang 99 persen mengalami hidup yang sangat pas-pasan, bahkan sangat sulit,” sebut Prabowo.

Tak Mau Ladeni Isu Receh

Politikus PDI-Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengatakan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin diperintahkan untuk tak agresif dan tak mengikuti “isu-isu recehan” jelang Pilpres 2019.

“Pak Jokowi menekankan kami perlu proaktif, bukan agresif. Proaktif berbicara yang sudah dilakukan dan yang akan dicapai,” kata Budiman di Hotel Santika, Bogor, Senin (22/10).

“Itu konsekuensi petahana. Kami menjelaskan yang dipermasalahkan,” imbuh dia, yang juga anggota influencer TKN Jokowi-Ma’ruf Amin ini.

Hal ini disampaikan usai rapat juru bicara serta influencer TKN bersama Jokowi kemarin. Komunikasi politik dan bermasyarakat menjadi hal utama yang dibahas dalam rapat itu.

TKN, kata Budiman, akan fokus membantu Jokowi mengabarkan capaian kinerja pemerintahan Jokowi selama ini seperti infrastruktur, KIP, KIS, dana desa, pariwisata, dan sertifikat tanah.

Ia menyatakan TKN tidak akan menggunakan isu-isu asal, kebohongan, dan personal dalam berkampanye. TKN hanya akan menanggapi santai serangan-serangan dari pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Jadi tidak perlu mengikuti semua isu-isu recehan, (seperti) tempe setipis ATM. Itu dibikin guyon saja karena orang juga tahu itu tidak serius,” kata mantan aktivis ini.

Ia mencontohkan kritikan oposisi terhadap kebijakan pemerintah mencairkan dana kelurahan tahun depan. Istana menyatakan kebijakan ini diperlukan atas laporan kesenjangan kota dan desa yang menerima dana desa sejak 2015.

Di sisi lain, oposisi menilai kebijakan itu bermotif politik. Pencairan tahun depan dinilai dapat memengaruhi perolehan suara Pilpres 2019.

“Itu sebuah bentuk inisiatif isu dan kemudian oposisi juga dalam keadaan tidak tahu bagaimana menyikapinya menolak atau menerima karena keduanya sama-sama tidak memberikan keuntungan politik bagi mereka,” kata Budiman.

Ia juga mencontohkan isu agama seperti Jokowi anti-Islam yang selama ini beredar. Menurutnya, banyak santri menyukai Jokowi. Hal itu terlihat sedari awal Presiden berkunjung ke pondok pesantren.

“Kami justru ingin meluruskan beragama itu. Yang di pesantren santai-santai saja dengan Jokowi. Jadi sebenarnya itu gimmick yang dimainkan mereka,” tutur Budiman. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait