Metrobatam, Jakarta – Garuda Indonesia membatalkan 49 sisa order pembelian Boeing 737 Max 8 pasca pengakuan raksasa penerbangan Amerika Serikat terkait adanya peran sistem anti-stall di tragedi jatuhnya pesawat Lion Air. Garuda juga telah melarang pesawat Boeing 737 Max 8 yang telah dimiliki Garuda.
“Terkait MAX, Garuda sudah buat surat ke mereka perihal pembatalan sisa order yang 49, kita juga sudah grounded (dilarang terbang) satu B 737 MAX 8 yang kita miliki,” ujar Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan melalui pesan singkat, Jumat (5/4).
Iksan beralasan pembatalan itu karena penumpang Garuda merasa tidak nyaman dengan pesawat Boeing 737 MAX.
“Karena penumpang kita sudah low confidence terhadap 737 MAX,” ucap Ikhsan.
Sebelumnya, Boeing meminta maaf dan mengakui ada kesalahan sistem MCAS berperan dalam tragedi Ethiopian Airlines dan Lion Air. Boeing juga mengumumkan pihaknya akan memperbaiki sistem anti-stall, yang juga disebut sebagai Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS).
“Jelas terlihat bahwa dalam kedua penerbangan (Ethiopian Airlines dan Lion Air), Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, yang dikenal sebagai MCAS, aktif sebagai respons atas informasi angle-of-attack yang keliru,” sebut Muilenburg dalam pernyataan terbaru pada Kamis (4/4) waktu setempat.
Lebih lanjut, Muilenburg menyebut MCAS sebagai satu tautan dalam ‘rantai kejadian’ yang memicu kecelakaan tersebut.
“Menjadi tanggung jawab kami untuk menghilangkan risiko ini. Kami bertanggung jawab atas ini dan kami tahu bagaimana melakukannya,” tegasnya.
Sebanyak 49 dari total 50 unit pesawat Boeing 737 MAX 8 batal dipesan oleh Garuda Indonesia. Demikian disampaikan secara tegas oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra. Apa alasannya?
Ari menjelaskan, sebenarnya maskapai yang dipimpinnya masih menaruh kepercayaan pada Boeing 737 MAX 8 mengingat perusahaan telah berpengalaman dengan produk Boeing seri sebelumnya.
“Sebetulnya, kami yakin dengan produk Boeing MAX 8 dan karena memang garuda pengguna Boeing dari dulu dari awal,” ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Namun, pihaknya tak bisa mempertahankan pesanan Boeing 737 MAX 8 lantaran penumpang Garuda Indonesia telah kehilangan kepercayaan terhadap pesawat produksi Amerika Serikat itu. Perusahaan tak bisa ambil risiko kehilangan penumpang karena erat kaitannya dengan pemasukan perusahaan.
“Lost confidencenya (hilang kepercayaan) itu dari pemumpang. Penumpang itu sudah nggak mau pakai MAX 8,” ungkap Ari.
Lebih jauh Ari menuturkan meskipun MAX 8 dibenahi pihak Boeing, kepercayaan penumpang pada pesawat tersebut tidak akan kembali lagi. Itulah alasan pihaknya untuk menghentikan pemesanan 49 sisa Boeing 737 MAX 8.
“Jadi meskipun mereka sudah benahi sistem MAX 8, itu confidence penumpang sudah nggak ada. Jadi kami minta itu 49 dibatalkan,” tegas Ari. (mb/detik)














