Maria, Alogojo Tembak Mati Gembong Narkoba di Filipina

Metrobata, Manila – Sebut saja namanya Maria, perempuan yang dibayar pemerintah Filipina untuk menjadi algojo penembak mati para gembong narkoba. Jika di film-film, perempuan seperti Maria digambarkan menjalankan pekerjaan dengan cara-cara yang keren dan untuk tujuan mulia. Kenyataannya jelas berbeda 180 derajat.

Maria berasal dari kalangan miskin. Jasanya disewa seharga 330 poundsterling atau Rp5,7 juta sekali membunuh. Bayaran yang cukup besar untuk bisa menghidupi keluarga dan anak-anaknya.

Pada mulanya, dia menerima bayaran itu karena ingin keluar dari kemiskinan. Suaminya adalah petugas di kepolisian. Selain itu, dia dipandang ahli mendekati korbannya tanpa ketahuan.

“Waktu itu, mereka (pemerintah) bilang sedang membutuhkan (penegak hukum) perempuan. Suami mendorong saya untuk mengisi lowongan itu. Saya diperintahkan membunuh seorang pria. Setelah saya berhasil mendekatinya (tanpa disadari), saya menembaknya,” tutur Maria, seperti diulas Mirror, Sabtu (27/8).

Bacaan Lainnya

Namun kini setelah membunuh lima orang, melihat apa yang terjadi pada orang-orang yang ditinggalkan korbannya, dia menyesal. Maria ingin berhenti, tetapi tersangkut pada sebuah kontrak.

Ia bahkan harus hidup dalam pelarian. Berpindah dari satu rumah ke rumah lain. Sekarang dia mengungkapkan diri ke publik untuk mengurangi sedikit rasa bersalahnya. Meski begitu, dia mengaku masih hidup dalam ketakutan.

Tidak berani mengaku dosa kepada pendeta sekali pun. Dia juga terus dirundung kekhawatiran bahwa keluarga para korbannya suatu hari akan mengejar dia untuk menuntut pembalasan.

“Saya begitu ketakutan, gemetar karena itu pertama kalinya (saya membunuh). Tapi saya pikir, ini saya lakukan untuk putraku. Saya merasa sangat bersalah, sulit rasanya (menerima kenyataan),” ujarnya.

Maria hanyalah satu di antara para perempuan yang terjerumus ke dalam aksi di luar hukum ini. Demi uang mereka rela mematikan perasaan manusiawi itu. Senator Leila de Lima telah memimpin pengusutan tuntas kasus penembakan para tersangka narkoba di jalan.

Hampir 2.000 orang telah dibunuh sejak Rodrigo Duterte dinobatkan sebagai Presiden Filipina pada Juni lalu. Sekira 700 ribu pecandu dan pengedar narkoba kelas teri juga terpaksa menyerahkan diri, daripada mengambil risiko kehilangan nyawanya.(mb/okezone)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *