‘Kucumbu’ Disatroni, Garin Minta Ormas Ala FPI Dibubarkan

Metrobatam, Jakarta – Sutradara Garin Nugroho pada Selasa (17/9) mengisahkan perlawanannya ketika ormas Front Pembela Islam (FPI) menyatroni penayangan film Kucumbu Tubuh Indahku di Semarang pada Minggu (15/9).

Melalui unggahan di akun Facebook, sutradara terbaik Asia Pacific Film Festival 1992 tersebut menyatakan kekesalannya atas insiden yang ia sebut main hakim sendiri itu.

“FPI dan ormas Islam atas namakan warga Muslim Semarang, menyatroni pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku di Semarang (15 Sept) diputar sebagai bagian dari fest kota lama, mereka meminta film ditunda dan dihentikan,” kata Garin.

“Saya menolak keras karena film telah lolos sensor dan ormas bukan lembaga polisi atau pengadilan yang berhak mengadili dan menutup pertunjukan, saya tetap memutuskan memutar sebagai hak hukum dan demokrasi saya,” lanjutnya.

Bacaan Lainnya

“Terlebih pengawalan dengan bendera depan pintu masuk oleh anggota ormas tersebut, sudah mengganggu ketertiban umum dan menjadikan penonton khawatir dan ragu masuk,” katanya.

“Debat alot terjadi. Polisi akhirnya datang. Salut polisi Semarang. Film akhirnya diputar, dikawal petugas polisi, diskusi berjalan seru, penonton penuh, sungguh menarik, sahabat-sahabat penonton perempuan berjilbab justru aktif bertanya dan berpendapat dengan genuin. Salut penonton Semarang, terima kasih panitia,” kata Garin.

“Catatan saya, ormas semacam ini wajib dibubarkan dan guna efektivitas penegakan hukum, tindakan main hakim sendiri di lapangan, harus tegas diberi hukuman, jika tidak terjadi, maka meski organisasi dilarang atau dibubarkan, perilaku main hakim sendiri di lapangan tetap terjadi,” lanjutnya.

Dalam unggahan tersebut, Garin juga menunjukkan sejumlah foto yang menunjukkan peristiwa tersebut. Tampak kerumunan datang dan mengawasi kegiatan tersebut.

Ada pula foto yang menunjukkan sebuah diskusi dengan pihak panitia dan pihak yang diduga FPI. Pun sejumlah foto yang menggambarkan kegiatan tersebut.

Pernyataan Garin ini bukan yang pertama menyikapi kekisruhan soal film Kucumbu Tubuh Indahku. Sebelumnya ia pernah menjawab berbagai kontroversi dan protes yang dilayangkan sejumlah pihak atas film tersebut.

Melalui pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com pada April lalu, Garin menyadari bahwa telah ada petisi dan ajakan untuk memblokade penayangan filmnya di media sosial dan sejumlah kota di Indonesia.

Ia menyebut petisi yang muncul tersebut tidak melalui proses dan ruang dialog terhadap dirinya ataupun kru film itu.

“Lewat catatan ini, saya ingin menyatakan keprihatinan terbesar atas gejala menjamurnya penghakiman massal tanpa proses dialog dan penegakan hukum berkeadilan,” kata Garin dalam pernyataannya.

Garin menyebut bahwa “penghakiman massal lewat media sosial berkali terjadi pada karya seni dan pikiran atas keadilan.” Sebelumnya film Garin mendapatkan cacian dan protes melalui komentar di trailer yang tayang di YouTube.

“Gejala ini menunjukkan media sosial telah menjadi medium penghakiman massal tanpa proses keadilan, melahirkan anarkisme massal,” kata Garin.

“Bagi saya, anarkisme massa tanpa proses dialog ini akan mematikan daya pikir terbuka serta kualitas warga bangsa, memerosotkan daya kerja serta cipta,” lanjutnya.

Sejak ditinggal ayahnya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger Lanang. Tak diduga tarian itu membuatnya menapaki perjalanan hidup yang berliku. Sampai pada akhirnya, Juno bisa memahami dan menerima keindahan hidup sebagai seorang penari Lengger.

Tari Lengger Lanang sendiri merupakan budaya asli Indonesia, tepatnya berasal dari Banyumas. Tarian itu mengharuskan penarinya menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh. Biasanya tarian itu dipentaskan lelaki, yang di keseharian mengubah diri jadi perempuan. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *