Medan Bakal Punya LRT, Mulai Dibangun 2020

Metrobatam, Jakarta – Kota Medan, Sumatera Utara, akan memiliki Light Rail Transit (LRT). Pembangunan LRT untuk menghubungkan kota Medan bagian Selatan dan Utara.

Dengan begitu, distribusi di kota Medan akan terintegrasi antara daerah yang satu dengan yang lain.

Menurut Kepala Bappeda Kota Medan, Wiriya Alrahman pembangunan LRT di Medan tersebut rencananya mulai 2020. “Mulai bangun 2020,” ujar Wiriya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kamis (26/7).

Bagaimana persiapan pembangunan LRT Medan? Baca selengkapnya di sini:

Bacaan Lainnya

Proses Persiapan

Kepala Bappeda Kota Medan, Wiriya Alrahman mengatakan saat ini proyek tersebut masih dalam proses persiapan dokumen pembiayaan. Pasalnya, saat ini belum dipastikan berapa nilai dalam skema kerja sama antara pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Lebih lanjut, ia menjelaskan proses pelelangan dalam skema KPBU akan dibuka pada kuartal III 2018 dan selesai antara tahun 2019 dan 2020.

“Kami harap masa transaksi masuk di September. Finansial closing diharap di 2019 akhir atau 2020,” jelasnya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Sedangkan, capex diharapkan dapat dibiayai oleh pemerintah pusat sebesar Rp 12,339 triliun, namun angka ini akan diusahakan mengecil dengan penggunaan komponen lokal.

“Ancar-ancarnya ada Rp 12,339 triliun berdasarkan US$ 2017. Itu harapan Pak Luhut dalam negeri diperbesar karena bisa saja diturunkan kan porisnya konten luar. Jadi dalam negeri jauh lebih besar kalau bisa 60%,” paparnya.

Rencanannya pembangunan LRT Medan dimulai pada 2020 atau setelah proses pembiayaan disepakati.

“Final business case kalau bisa di Agustus sudah final, mulai bangun 2020,” ujar Kepala Bappeda Kota Medan, Wiriya Alrahman di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Wiriya memaparkan pembangunan LRT tersebut diharapkan tidak butuh pembebasan lahan. “Diupayakan tidak ada pembebasan lahan, kan kalau LRT elevated,” kata Wiriya.

Wiriya juga menjelaskan LRT tersebut dibangun untuk menghubungkan kota Medan bagian Selatan dan Utara, yakni dari Lau Cih ke Aksara.

Panjang 17,3 Kilometer

LRT Medan akan dibangun dengan panjang 17,3 kilometer (km) dari bagian Selatan kota Medan, Lau Chi hingga ke bagian utara Medan, Aksara.

“Panjangnya 17,3 km dari Lau Chi ke Aksara atau Pancing,” terang Kepala Bappeda Kota Medan, Wiriya Alrahman di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat (27/7).

Ia menjelaskan pembangunan LRT tersebut tidak memerlukan proses pembebasan lahan. “Rute di trase jalan yang ada jadi tidak memerlukan pembebasan lahan dan juga nanti elevated kan,” terang Wiriya.

Wiriya menambahkan pembangunan LRT Medan tersebut akan dibuat terpadu dengan bus rapid transit (BRT), mulai dari terminal Amplas hingga terminal Pinang Baris.

“Ini akan terpadu dengan BRT dari terminal Amplas hingga terminal Pinang Baris,” tutupnya.

Pembangunan light rail transit (LRT) di kota Medan, Sumatera Utara diperkirakan memerlukan dana investasi sebesar Rp 12,339 triliun.

Menurut Kepala Bappeda Kota Medan, Wiriya Alrahman proyek tersebut akan menggunakan skema kerja sama antar pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Lantas, dari skema tersebut, capex akan berasal dari pemerintah. Pihaknya pun memperkirakan angka tersebut akan mencapai Rp 12,339 triliun.

Sedangkan, opex akan berasal dari swasta yang dilakukan dalam sistem lelang. “Angka hitungan terakhir kan tahun 2017, kalau ini kan KPBU tergantung dari hasil penawaran calon investor. Belum bisa ditentukan sekarang, ancar-ancar saat ini Rp 12,339 triliun total berdasarkan US$ di 2017,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan angka tersebut akan diperkecil mengikuti permintaan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Sebab Luhut menilai angka tersebut terlalu besar.

Salah satu cara yang dilakukan untuk menurunkan biaya tersebut dengan peningkatan pemakaian material dalam negeri. Pasalnya, perhitungan tersebut masih menggunakan material luar negeri sebesar 72%..

“Itu pun harapan Pak Luhut supaya porsi pemakaian bahan dalam negeri bisa diperbesar sehingga bisa saja angkanya diturunkan. Karena kan porsinya masih 72% masih konten dari luar,” papar dia.

“Diharapkan konten dalam negeri jauh lebih besar, kalau bisa sampai 40% sampai 60%,” tutupnya. (mb/detik)

Pos terkait